153 x Dilihat
Transportasi Terintegrasi dan Ramah Lingkungan untuk Masyarakat Kota Medan
Medan - Masyarakat Kota Medan kini semakin nyaman bepergian. Anak-anak sekolah hingga para pekerja di Kota Melayu Deli ini dapat memanfaatkan moda transportasi yang ramah lingkungan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Medan menyediakan angkutan perkotaan dengan sistem Bus Rapid Transit (BRT) berupa bus listrik demi meningkatkan kualitas layanan bagi para penumpang. "Bus listrik Kota Medan saat ini menjadi salah satu ikon layanan transportasi publik yang terintegrasi. Layanan ini kelanjutan dari Trans Metro Deli yang diprakarsai oleh Kementerian Perhubungan, yang menjadi cikal bakal bagaimana perkembangan transportasi publik di Kota Medan," papar Plt. Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Suriono, Selasa (15/7).
Sistem BRT pada transportasi kota Medan pertama kali hadir pada November 2020. Kala itu, Kementerian Perhubungan menyediakan 75 unit bus melalui skema Buy The Service (BTS) yang melayani lima koridor utama di Kota Medan. Tarifnya cukup terjangkau, yakni Rp 4.300 untuk umum dan Rp 2.000 untuk pelajar dan mahasiswa.
Sebagai informasi, Buy The Service merupakan sebuah program pemerintah, di mana pemerintah membeli layanan angkutan umum dari operator, kemudian menawarkan layanan tersebut kepada masyarakat dengan tarif terjangkau atau bahkan gratis. Skema ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan ketersediaan angkutan umum sehingga masyarakat dapat beralih dari kendaraan pribadi.
Lalu mulai November 2024, Pemerintah Kota Medan resmi mengambil alih layanan BRT dengan meluncurkan 60 unit bus listrik untuk lima koridor, yakni sebanyak 55 armada beroperasi penuh dan 5 armada sebagai cadangan. Langkah ini diambil sesuai dengan kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang mendorong pemerintah daerah untuk menjalankan kewenangan dalam menyelenggarakan angkutan umum massal perkotaan secara mandiri.
Kemenhub tengah membangun angkutan umum massal perkotaan di Kota Medan dan Bandung. Pada pengembangan BRT Medan, Kemenhub selaku pemerintah pusat telah melakukan pendampingan kepada Pemkot Medan sebagai upaya persiapan kelembagaan entitas BRT serta melakukan pengembangan kapasitas jika diperlukan.
Pada awal peluncuran, layanan bus listrik ini dikenakan tarif 0 rupiah. Selanjutnya, mulai 1 Januari 2025 tarif BRT bus listrik dikenakan sebesar Rp 5.000 untuk masyarakat umum dan Rp 3.000 untuk disabilitas, pelajar dan lansia.
"Penggunaan bus listrik memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan. Dibandingkan dengan bus konvensional berbahan bakar fosil, bus listrik tidak menghasilkan emisi gas buang, sehingga secara langsung berkontribusi dalam menurunkan tingkat polusi udara di perkotaan. Hal ini sangat penting dalam konteks Kota Medan, yang merupakan salah satu kota besar dengan tingkat kepadatan lalu lintas cukup tinggi," lanjut Suriono.
Bus listrik kota Medan melayani lima rute, yakni Amplas-Pinang Baris, J City-Plaza Medan Fair, Belawan-Lapangan Merdeka, Tuntungan-Lapangan Merdeka, dan Tembung-Lapangan Merdeka. Adapun waktu operasional pada pukul 5.30 - 22.15 WIB.
Halte BS 13 yang terletak di Jalan Balaikota, Kecamatan Medan Barat menjadi halte pusat sekaligus halte percontohan bagi layanan bus listrik ini. Halte ini juga merupakan pusat integrasi transportasi dengan banyak rute yang menghubungan berbagai titik di kota Medan.
Tak jauh dari halte BS 13, terdapat Stasiun Kereta Api (KA) Medan yang melayani perjalanan KA antar kota di Kawasan Mebidang (Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang) dan KA Bandara Kualanamu. Lalu pada koridor Lapangan Merdeka - Belawan, bus listrik akan melewati Pelabuhan Belawan yang terintegrasi dengan layanan kapal penumpang menuju Tanjung Balai, Batam dan Jakarta.
"Dengan adanya transportasi ini, kami terbantu karena jarak pergantian armadanya cepat, jadi kita tidak lama menunggu. Biasanya kita pulang naik sepeda motor, tapi dengan adanya bus listrik jadi berpindah karena membantu juga dari segi kenyamanan dan bahaya di jalan juga (jika menggunakan motor). Kalau bisa rutenya diperpanjang, misalnya dari Medan ke Lubuk Pakam itu ada," ujar salah satu penumpang bus listrik, Sinta Duma Siregar yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Pemerintah Kota Medan memang berencana memperluas layanan BRT, termasuk penambahan rute dan peningkatan kapasitas armada, terutama bus listrik rammah lingkungan. Selain itu, Pemkot Medan juga menargetkan integrasi trayek angkutan kota dengan system BRT melalui penataan ulang rute dan skema kemitraan atau konversi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan tumpeng tindih trayek dan memperkuat fungsi angkuan kota (angkot) sebagai moda pengumpan.
Suriono mengakui, integrasi antarmoda di Kota Medan masih berada pada tahap pengembangan awal. Upaya konektivitas antar moda seperti BRT, angkutan kota, Kereta Bandara (Railink), dan transportasi online sudah dimulai, namun belum sepenuhnya terintegrasi secara fisik dan sistemik. "Namun demikian, dari sisi fasilitas, halte-halte BRT mulai dirancang lebih representatif dan mendukung aksesibilitas," imbuhnya.
Layanan KSPN dan Perkeretaapian Sumatera Utara
Selain mendorong angkutan perkotaan di Medan, Kemenhub juga mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba di Sumatera Utara melalui subsidi angkutan darat serta melaksanakan kewajiban subsidi layanan publik alias public service obligation (PSO) pada sektor kereta api melalui subsidi KA kelas ekonomi rute Medan-Kuala Bingai.
Kepala Seksi Sarana dan Angkutan JSDP, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Sumatera Utara, Ikra Surantha mengatakan, dukungan aksesbilitas di Kawasan objek wisata Danau Toba merupakan salah satu prioritas layanan Kemenhub di Sumatera Utara. "Hal ini mengingat Danau Toba menjadi salah satu destinasi super prioritas nasional, pemerintah berkomitmen untuk memberikan dukungan layanan transportasi" tuturnya.
Dukungan layanan transportasi ini bertujuan untuk memperkuat konektivitas dan aksesibilitas Danau Toba sehingga semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut. Bentuk dukungan yang diberikan berupa subsidi angkutan KSPN yang dioperasikan oleh Perum Damri. Angkutan ini melayani tiga lintasan trayek yakni Pelabuhan Ajibata-Balige-Bandar Udara Silangit, Pelabuhan Ajibata - Pematangsiantar - Bandar Udara Kualanamu, dan Pelabuhan Ajibata - Simarjarunjung - Kabanjahe.
Lalu pada sektor perkeretaapian, Kemenhub memberikan subsidi pada KA Srilelawangsa relasi Medan-Kuala Bingai sehingga tarifnya cukup terjangkau, yakni Rp 2.000 untuk rute Binjai-Kualabingai, Rp 5.000 rute Medan-Binjai dan Rp 7.000 rute Medan - Kuala Bingai. Dengan tarif yang murah, kereta api lokal ini menjadi salah satu favorit masyarakat kota Medan. Pada Juni 2025, jumlah penumpang KA lokal Sri Lelawangsa mencapai 226.590 penumpang atau 7.553 penumpang per hari. (WN-OB/HH/GT/ETD)