5363 x Dilihat
OPPORTUNITY FOR PRIVATE COMPANIES TO PROVIDE ELECTRICITY SUPPLY FOR JABODETABEK TRAIN
(Jakarta, 08/12/09) Peluang swasta untuk berinvestasi menyuplai kebutuhan pasokan listrik untuk (Kereta Rel Listrik) KRL di wilayah Jabodetabek cukup terbuka. Hal ini untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan pasokan listrik yang lebih besar dari saat ini ketika proses pengembangan sarana dilakukan.
Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Dephub Tundjung Inderawan, selain mengantisipasi peningkatan kebutuhan pasokan listrik, dibukanya peluang swasta tersebut juga sebagai upaya alternatif untuk mengantisipasi keterbatasan kemampuan PLN dalam memenuhi suplay daya sesuai yang dibutuhkan.
”Kalau ada swasta yang mau investasi suplai daya, saya akan senang sekali. Karena kita tidak bisa bergantung terus sama PLN, sekarang saja pasokan listrik yang diberikan PLN tidak sesuai dengan yang kita butuhkan,” jelas Tundjung di Jakarta, Selasa (8/12), usai melakukan peninjauan ke lokasi gardu induk listrik di Stasiun Universitas Indonesia, Depok, yang terbakar beberapa waktu lalu.
Tundjung mengatakan pihaknya akan melakukan optimalisasi terhadap 35 gardu induk listrik aliran atas kereta api di lintas Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi (Jabodetak). Hal tersebut untuk meminimalisaasi terjadinya ”trip”, yaitu jatuhnya high speed circuit breaker (HSCB) ketika daya melebihi kapasitas gardu. Kondisi terburuk adalah gardu induk bisa meledak seperti yang dialami gardu di Stasiun UI tersebut, di mana enam komponen HSCB yang ada mengalami korsleting akibat kelebihan kapasitas.
”Saat ini 85 persen dari 35 gardu induk yang kapasitasnya melebihi 2000 trip harus segera diganti agar tidak terjadi lagi kelebihan beban,” jelas Tundjung, seraya mengatakan bahwa PT Kereta Api Indonesia (KAI) Commuter Jabodetabek diminta untuk mengevaluasi pengembangan dan penambahan substation, (gardu induk), juga memperbesar daya jaringan.
”Kita perlu backup suplai daya, sekarang tidak punya. Banyak gardu-gardu baru kita yang belum dialiri listrik PLN sampai saat ini. Ini yang perlu dipikirkan. Karena itu, salah satunya kita butuhkan peranan swasta,” imbuhnya. Tundjung mengungkapkan, menyusul rencana penambahan sarana dan prasarana, ditargetkan ke depan kereta api di lintas jabodetabek bisa melayani hingga 1,2 juta orang per hari. Sementara saat ini, baru sekitar 400 ribuan orang yang bisa dilayani.
Menurutnya, untuk melakukan penambahan dan pengembangan sarana itu , perkiraan biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 284 miliar. Jumlah ini kemungkinan bertambah jika ada revisi agar kapasitas jaringan ditingkatkan dua kali lipat. Untuk saat ini, Tundjung berharap PLN tidak memasukkan kebutuhan pasokan listrik bagi KRL dalam daftar pemadaman bergilir. ”PLN harusnya bisa melihat dan membedakan, kalau terkait dengan pelayanan masyarakat jangan ikut dimatikan. Saya sudah sampaikan ini kepada PLN, kalau ada giliran pemadaman, jangan sampai yang publik terganggu,” pungkasnya. (DIP)