4712 x Dilihat
TAK ADA HAMBATAN SIGNIFIKAN DI PERLINTASAN JALUR MUDIK KA
(Jakarta, 04/08/10) Kementerian Perhubungan memastikan tidak ada hambatan signifikan pada perlintasan jalur mudik untuk angkutan kereta api. Hal tersebut sejalan dengan upaya perbaikan dan peningkatan kapasitas perlintasan yang terus dilakukan Pemerintah. Kendati demikian, ada sejumlah titik pada ruas-ruas tertentu yang menjadi perhatian terhadap kemungkinan gangguan dari pihak-pihak tak bertanggungjawab yang berniat mengganggu kelancaran perjalanan KA.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Tundjung Inderawan mengungkapkan, secara prinsip infrastruktur perlintasan KA yang akan dilalui pemudik telah jauh lebih baik dari tahun lalu. Hanya saja, untuk beberapa ruas, masih ada sejumlah titik yang perlu diperhatikan. Hal itu terkait masih adanya potensi gangguan eksternal oleh pihak-pihak yang ingin mengganggu kelancaran, kenyamanan dan keamanan para pemudik.
”Ada titik-titik rawan yang perlu diwaspadai, baik itu rawan terhadap aksi pelemparan batu maupun aksi pencurian terhadap komponen prasarana perkeretaapian seperti penjepit rel, kabel-kabel persinyalan, dan lain-lain,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (3/8).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, menurut Tundjung, pihaknya telah melakukan sejumlah tindakan persuasif dengan melibatkan peran tokoh masyarakat lokal maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat di sekitar wilayah yang dianggap rawan tersebut. ”Kita minta bantuan para tokoh-tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi lokal yang berpengaruh untuk turut menyosialisasikan dengan pendekatan kultural, bahwa sarana dan prasarana kereta api itu bukan milik pemerintah, tetapi milik kita bersama yang perlu dijaga dan dirawat,” paparnya.
Pada sepekan terakhir, Tundjung menambahkan, dirinya melakukan inspeksi terhadap kesiapan sarana prasarana infrastruktur di jalur selatan. Tundjung dan sejumlah pejabat teknis di direktoratnya, termasuk pula perwakilan dari PT Kereta Api, telah menyusuri jalur dari mulai dari Stasiun Gambir di Jakarta hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
”Yang saya lakukan kemarin adalah inspeksi tapa satu untuk melihat kesiapan sarana dan prasarana menjelang Lebaran. Kita menelusuri jalur mulai Jakarta, Cirebon, Kroya, Jogjakarta, Madiun, Surabaya, hingga Banyuwangi. Selain itu, juga kita cek kesiapan SDM PT Kereta Api,” jelasnya, Selasa (3/8).
Untuk jalur dari Jakarta hingga Cirebon, ungkap Tundjung, tingkat kenyamanan perjalanan di ruas tersebut terasa cukup bagus. Selanjutnya untuk ruas Cirebon-Kroya, kondisi rel juga cukup baik dengan adanya peningkatan parsial double track di sana. ”Tapi perlu ada tindak lanjut untuk ruas di sekitar Cirebon untuk mengantisipasi tindakan pelemparan batu dan pencurian material prasarana,” ujarnya.
Pada inspeksi itu, Tundjung mengakui menemukan adanya sedikit ketidaknyamanan akibat pemuaian pada sejumlah titik yang membuat rangkaian KA akan terasa sedikit bergetar saat melintas. Tetapi, kata dia, gangguan itu bisa diperbaiki dengan pengepresan dan penggantian ballast.
Selain di ruas itu, perhatian lebih juga difokuskan pada ruas bekas lokasi anjloknya KA Logawa di Madiun. Hingga saat ini, pembatasan kecepatan masih diberlakukan bagi setiap KA yang melintas, maksimal 20 km/jam. Instruksi perbaikan untuk melakukan perbaikan di lokasi itu telah dikeluarkan agar kecepatan KA bisa ditingkatkan saat masa mudik Lebaran tiba. Perbaikan secara bertahap terus dilakukan agar rel bisa kembali dilalui dengan kecepatan normal 70 km/jam.
Kalau pun sampai masa angkutan Lebaran belum tercapai, setidaknya diupayakan peningkatan kecepatan agar bisa lebih dari 20 km/jam. ”Dengan adanya dua kali lengkung yang tinggi, jalur itu memang agak rawan kalau kecepatannya tidak dibatasi,” lanjut Tundjung.
Kemudian untuk ruas Surabaya-Jember-Banyuwangi, jelasnya, perbaikan yang tengah dilakukan saat ini adalah peningkatan kapasitas rel dengan mengganti dari ukuran R33 menjadi rel berukuran R54. Total panjang rel yang harus diganti di ruas tersebut mencapai sekitar 40 kilometer. Namun, saat ini, material rel baru tersedia untuk penggantian sepanjang sekitar 11 kilometer.
”Sisanya masih kita tunggu, karena untuk mendapatkannya kita harus impor. Tetapi untuk bantalan, kita sudah siapkan di sepanjang jalur yang perlu diganti. Kita harapkan, sebelum H-10 sudah selesai. Kalau pun tidak bisa, seluruh proses pengerjaan di sana akan dihentikan agar tidak mengganggu perjalanan KA,” jelasnya.
Sementara untuk ruas yang berada di dekat lokasi semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Tundjung menambahkan, upaya yang dilakukan adalah mengantisipasi terjadinya banjir yang bisa menggenang rel dengan menambah bantalan agar posisi rel bisa lebih tinggi. ”Soalnya jalan di pinggir rel itu dinaikkan hingga 1 meter. Akibat ini, ada potensi limpahan air yang dapat menggenangi rel saat hujan datang. Rel kita naikkan, tetapi tidak sampai 1 meter. Selain itu, kita juga meminta agar dibuatkan gorong-gorong yang dibantu pompa untuk mengalirkan genangan air, serta meminta BPLS menyediakan pompa untuk menyedot air,” paparnya.
Untuk ketersediaan sumberdaya manusia guna mendukung kelancaran pengoperasian angkutan kereta api saat mudik, Tunjung mengatakan, baik jumlah maupun kualitas cukup memenuhi kebutuhan. ”Secara jumlah tidak ada masalah, cukup. Yang perlu kita tegaskan adalah, meminta mereka agar benar-benar menjalankan SOP dalam bekerja untuk menekan terjadinya human error,” pungkasnya. (DIP)