5821 x Dilihat
THE BUREAU OF NATIONAL RAILWAY WAS ASKED TO RE-MANAGE THE MANAGEMENT OF GEDE BAGE CONTAINER TERMINAL TO IMPROVE ITS PERFORMANCE
(Jakarta, 04/12/09) Manajemen Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) Gede Bage dinilai pemerintah tidak mampu mendongkrak kinerja kegiatan ekspor-impor di sana, dan bahkan cenderung mengalami penurunan yang tajam karena tidak memiliki kejelian terhadap potensi pasar. Atas dasar itu, PT Kereta Api (KA) sebagai manajemen induk diminta untuk merombak struktur TPKB Gede Bage untuk meningkatkan performa aktivitas angkutan barang di sana.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengungkapkan, stagnasinya kegiatan ekspor dan impor di terminal tersebut menjadi indikator yang jelas dari ketidakmampuan manajemen TPKB Gede Bage dalam merespons potensi pasar. Keberadaan manajemen baru diharapkan bisa meningkatkan kinerja ekspor-impor barang yang merosot di kawasan tersebut.
Data terakhir menyebutkan, pada 2008, volume angkutan barang ekspor dan impor di Gede Bage sebanyak 10.847 TEUs. Angka tersebut jauh di bawah arus barang tahun 2000 yang mencapai 48.520 TEUs.
”Kondisi arus barangnya tidak berbeda dengan kondisi sepuluh tahun lalu," kata Wamenhub kepada wartawan di kantornya, Jum'at (4/12).
Menurut Wamenhub, TPKB sebenarnya sudah memiliki seluruh fasilitas dry port yang dibutuhkan untuk dapat melayani arus keluar-masuk kontainer dalam jumlah yang jauh lebih besar dari yang tertangani saat ini.
Bahkan titik dry port itu juga telah ditetapkan pemerintah untuk menghindari penumpukan barang di Pelabuhan Tanjung Priok, akibat menunggu rampungnya pengecekan kepabeanan di pelabuhan tersebut.
"Operator di sana harusnya market oriented. Fasilitas sudah ada, tetapi pasarnya belum digarap, karena manajemen operator Gede Bage saat ini belum memiliki pola pemasaran yang baik,” imbuhnya.
Hal itu terbukti saat dirinya dan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar melakukan inspeksi mendadak ke Gede Bage, manajemen tidak dapat menyebutkan berapa penjualan yang telah dilakukan terakhir.
"Artinya mereka tidak peka dengan pekerjaannya. Seharusnya di tengah tuntutan pasar yang berubah, mereka harus melakukan strategi jemput bola," tegasnya.
Ketika struktur baru telah dibentuk, Wamenhub menambahkan, nantinya manajemen operator Gede Bage akan diberikan key performance indikator yang dapat digunakan untuk mengukur peningkatan kinerja mereka.
Bambang mengakui bahwa penurunan kinerja saat ini banyak dipengaruhi oleh belum terhubungnya rel kereta antara stasiun Pasoso dengan dermaga pelabuhan Tanjung Priok milik PT Jakarta International Container Terminal (JICT) sepanjang 2 kilometer.
"Pemerintah akan coba mengatasinya dengan menyambung rel yang tidak terhubung tersebut. Saat ini pembebasan lahannya sedang dilakukan oleh Dephub dan Depdag, sehingga kiriman barang dari Gede Bage bisa langsung ke Tanjung Priok," kata Bambang.
Menurut Bambang, pertemuan untuk melakukan pembebasan tanah sudah dilakukan dua kali. Diharapkan pada pertemuan ketiga sudah didapat titik temu. "Nantinya kereta api diharapkan bisa jadi alternatif angkutan darat, sehingga mengurangi beban jalan raya," jelasnya. (DIP)