Biro Komunikasi dan Informasi Publik - Senin, 01 Pebruari 2016

4222 x Dilihat

Pencalonan Anggota Dewan ICAO, Indonesia Cari Dukungan Negara-Negara Afrika

JAKARTA – Untuk mencapai target menjadi anggota dewan organisasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organization – ICAO) kategori III, Pemerintah Indonesia mencari dukungan dari negara-negara di Benua Afrika. Dengan semangat solidaritas Asia – Afrika, Pemerintah Indonesia berharap memperoleh dukungan dari 43 negara di benua tersebut.

“Selain mengandalkan semangat Asia – Afrika, Pemerintah Indonesia juga melakukan pendekatan-pendekatan melalui kerjasama peningkatan kapasitas SDM penerbangan di negara-negara Afrika,” ungkap Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO Indroyono Soesilo dalam keterangan pers di Kantor Kementerian Perhubungan Jakarta, Senin (1/2).

Dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM penerbangan di negara-negara Afrika tersebut, Pemerintah Indonesia menyediakan anggaran sebesar US$ 150 ribu untuk menyelenggarakan training dan workshop bagi wakil-wakil dari negara-negara Afrika. ”Kita lakukan pengembangan dan kapasitas bagi SDM penerbangan di 43 negara di Afrika,” kata Indroyono.

Selain Benua Afrika, Pemerintah Indonesia juga akan mencari dukungan negara-negara di kawasan Amerika Latin. “Kita juga mengharapkan dukungan dari Amerika Serikat dan Perancis. Karena dari kedua negara ini kita banyak menggunakan produk pesawatnya untuk mengembangnkan industri penerbangan dalam negeri,” tambah Indroyono.

Optimis Lolos

Dalam pencalonan menjadi anggota dewan ICAO pada SidangUmum ICAO ke-39 bulan September 2016, Pemerintah Indonesia optimis bias menduduki kursi anggota dewan ICAO. Dalam pencalonan yang kelima ini, kami optimis bisa menjadi anggota dewan ICAO,” tegas Indroyono dengan nada optimis.

Dalam pencalonan tahun 2013 lalu, Indonesia memeperoleh 97 suara dari 151 negara anggota ICAO. Untuk bisa menjadi anggota dewan ICAO minimal harus mengumpulkan 125 suara. Di kawasan ASEAN, yang menjadi anggota dewan ICAO adalah Malaysia yang pada Sidang Umum ICAO tahun 2013 memperoleh 125 suara.

“Sebanyak 97 suara yang diperoleh pada tahun 2013 harus kita maintain dan kita pertahankan. Kita masih butuh dukungan 30 suara. Kita lakukan kampanye menggalang dukungan,” papar Indroyono.

Indroyono menambahkan, untuk mempermudah mencari dukungan negara -negara anggota ICAO, secara internal, Indonesia harus melakukan perbaikan terhadap kondisi penerbangan domestik terutama terkait masalah keamanan dan keselamatan. Dalam hal keamanan penerbangan, skor ICAO Indonesia saat ini sudah mencapai 94,5, sementara skor keselamatan baru 40, sehingga masih dibutuhkan 25 skor untuk mencapai skor 65. “Skor keamanan kita sudah bagus. Kita tinggal tingkatkan skor keselamatan. Kedatangan tim ICAO dan FAA pada bulan Februari dan Maret untuk melakukan audit diharapkan bias meningkatkan skor keselamatan penerbangan Indonesia,” papar Indroyono.

Dengan dukungan dari dalam negeri dari berbagai instansi terkait serta adanya peningkatan faktor keselamatan dan keamanan penerbangan dalam negeri, maka jalan untuk menjadi anggota dewan ICAO semakin terbuka. “Jika kita memperoleh dukungan dari dalam negeri, maka perjuangan kita untuk memperoleh dukungan untuk menjadi anggoa dewan ICAO semakin terbuka,” pungkas Indroyono. (SNO)

Jajak Pendapat

Kementerian Perhubungan RI

Bagaimana proses pelayanan pengaduan di Kementerian Perhubungan?

Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan
  MENU