3200 x Dilihat
Pemerintah Dukung Evaluasi Pemanfaatan Pesawat Oleh Maskapai
(Jakarta, 31/5/2012) Evaluasi pemanfaatan pesawat yang dilakukan oleh manajemen Batavia Air dengan cara mengurangi pesawat jenis Boeing dan menggantikannya dengan jenis Airbus mendapat tanggapan positif dari pemerintah sebagai regulator.
Apalagi evaluasi itu dilakukan dengan tujuan untuk menekan biaya dalam hal ini biaya sewa pesawat atau untuk peremajaan, sehingga armada yang digunakan lebih muda dibandingkan dengan pesawat-pesawat sebelumnya.
Pengurangan dan penambahan pesawat itu merupakan hak masing-masing airlines, dalam rangka melakukan konsolidasi dan peremajaan pesawat, serta harmonisasi antara jumlah pesawat dengan pilot yang ada.
‘’Pemerintah mendukung evaluasi pemanfaatan pesawat yang dilakukan maskapai. Bagi pemerintah selaku regulator, yang terpenting adalah maskapai tetap taat azas, dalam hal ini jam kerja pilot tidak melebihi batas yang telah di tetapkan, dan rute-rute yang sudah diberikan tidak dilanggar,’’ kata Direktur Angkutan Udara Direktroat Jenderal Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan, Djoko Murjatmodjo kepada www.dephub.go.id di Jakarta, Kamis (31/5).
Penambahan dan pengurangan pesawat bagi arlines adalah proses yang wajar dan rutin dilakukan sebagai salah satu strategi bisnis, sekaligus untuk peremajaan armada dan penyesuaian jumlah sumber daya manusia serta menjaga kualitas layanan.
Batavia Air berencana akan mendatangkan lima pesawat Airbus 320 sebagai pengganti empat pesawat yang sempat dikurangi, sekaligus untuk kegiatan peremajaan pesawat di Batavia Air. Sekarang ini tengah disiapkan oleh tim terkait untuk mendatangkan lima pesawat Airbus 320 tersebut.
Sebelumnya pada Maret 2012 lalu, Batavia Air sempat melakukan pengurangan jumlah armadanya dari 37 menjadi 33. Ada empat pesawat Batavia Air yang dikembalikan ke lessor, yaitu dua Boeing 737-400 dan Airbus 320-200. Alasan dikembalikannya Boeing 737-400 lebih dikarenakan kondisi jumlah pilot yang tidak seimbang dengan total pesawat.
Lalu, pengembalian dua Airbus 320 lebih disebabkan harga sewa pesawat tersebut terlalu mahal dan sudah tidak sesuai dengan harga market. Jadi, bukan dikarenakan adanya krisis finansial dalam perusahaan Batavia Air.
Selain menyeimbangkan antara sumber daya manusia yang ada seperti pilot dan pramugari dengan jumlah armada yang sesuai. Pengurangan armada tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan On Time Performance, delay bisa ditekan, produktivitas dimaksimalkan sesuaikan dengan sumber daya manusia, dan profitabilitas pun bertambah.
Saat ini Batavia Air memiliki 33 armada terdiri dari 15 Boeing 737-300, 9 Boeing 737-400, 1 Boeing 737-500, 1 Airbus 321, 5 Airbus 320, dan 2 Airbus 330. Dari keseluruhan armada tersebut Batavia Air memiliki sendiri 18 armada.
Batavia Air akan lebih fokus mengembangkan secara optimal pasar domestik yang secara tidak langsung ikut mendukung dan meningkatkan perekonomian daerah, khususnya di sektor industri pariwisata. Sementara, untuk rute internasional Batavia Air akan lebih mencari peluang di kawasan Asia Pasifik. Pada Juni 2012, rencananya akan dibuka rute regular Denpasar-Hangzhou menggunakan Airbus 320, tiga kali seminggu.
Dijelaskan oleh Djoko, pergantian pesawat adalah hal yang biasa dilakukan. Misalnya, saat ini di pasar banyak pesawat yang lebih bagus dan harganya lebih murah. Nah maskapai tentunya akan melakukan negosisi agar pesawat yanag saat ini masih digunakan, saat perpanjangan minta harga sewa diturunkan.
Bila pemilik pesawat tetap bertahan dengan harga lama, wajar lah jika maskapai sebagai penyewa memilih untuk mengembalikan ke pemiliknya, kemudian mencari pesawat lain yang meski harganya sama tapi tahunnya lebih muda. ‘’Syukur-syukur lebih muda harga sewanya lebih murah, dan itu sangat dimungkinkan,’’ jelas Djoko.
Pengurangan pesawat sebagaimana yang dilakukan oleh Batavia juga merupakan hal yang biasa. Karena manajemen sadar, jumlah pesawat lebih banyak dari jumlah pilot yang dimiliki. Akibatnya banyak pesawat yang tidak jalan karena tidak ada pilot.
‘’Nah daripada gagah punya banyak pesawat tapi pilotnya tidak ada sehingga pesawat itu lebih banyak nganggurnya, ya lebih baik pesawat dikembalikan untuk menekan biaya, dan manajemen memaksimalkan utilisasi pesawat yang ada,’’ jelas Djoko. (JO)