5084 x Dilihat
Pembangunan Bandara Djalaludin Gorontalo Rampung Akhir Tahun 2015
GORONTALO — Mimpi masyarakat Gorontalo untuk bisa menggunakan bandara yang lebih luas dan megah sebagaimana yang dimiliki oleh daerah lain segera terealisasi. Bandara Djalaludin Gorontalo rampung pada akhir tahun 2015 dan dipastikan akan beroperasi penuh pada awal tahun 2016.
“Desember 2015 ini pembangunan bandara baru rampung, hingga diharapkan Januari 2016 sudah diresmikan Presiden Jokowi,dan seterusnya secara resmi 2016 Bandara Djalaludin ini sudah bisa digunakan,” ujar Kepala Bandara (Kabandara) Kelas I Djalaludin Gorontalo Power Sihaloho saat menerima tim Ditjen Perhubungan Udara yang melakukan peninjauan di Kantor Bandar Udara Djalaludin, Jumat (20/11).
Sihalolo mengungkapkan, pembangunan Bandara Djalaludin terdiri dari tiga tahapyakni tahap pertama tahun 2013 berupa pekerjaan struktur bawah fondasi pancang, tie beam dan pile cap dengan anggaran sebesar Rp 22.807.355.000.
Selanjutnya untuk tahap kedua pada tahun 2014 berupa pekerjaan struktur atas, penutup atap, finishing dinding bata, finishing lantai dasar dan instalasi MEP dengan anggaran sebesar Rp 51.434.988.000 .
Sedangkan tahap ketiga tahun 2015 terdiri dari pekerjaan elektrikal mekanikal, Arsitektur, interior dan finishing dengan anggaran Rp 70.995.222.000, pekerjaan area parkir dan GSE anggaran Rp.27.000.000.000 dan pekerjaan garbarata 2 (dua) unit Rp. 15.004.778.000.
Lebih jauh Sihalolo menjelaskan, total pekerjaan terminal Bandara Djalaludin sudah lebih dari 80 persen. Jika sebelumnya luas bangunan terminal hanya 1.700 meter persegi, maka untuk terminal yang baru ini luas bangunannya sekitar 12 ribu meter persegi.
"Tinggal pasang kaca dan lain-lain, selebihnya nanti dipasang listrik yang sepenuhnya ditangani PLN. Hingga saat ini pembangunan masih on the track,"ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa bila bandara baru ini beroperasi, dipastikan frekuensi penerbangan dari dan ke bandara Djalaludin bertambah dari jumlah saat ini yang baru mencapai 14 kali penerbangan setiap hari.
"Sekarang aja maskapai Sriwijaya Air sudah mengajukan penambahan jadwal, mungkin maskapai lain pun akan mengajukan penambahan jadwal penerbangan juga. Mengingat volume penumpang pun diperkirakan bakal bertambah,"paparnya.
Mengingat posisinya yang strategis, Sihalolo mengungkapkan, saat ini Bandara Djalaluddin kerap menjadi tujuan atau persinggahan pesawat sejumlah tokoh nasional baik dari unsur pemerintahan,militer maupun swasta yang melakukan kegiatan bisnis di Sulawesi. Menurutnya Gubernur Provinsi Gorontalo bahkan ingin bandara ini secepatnya menjadi bandara internasional agar nanti bisa jadi embarkasi haji.
“Harapan ini malah sudah disampaikan Pak Gubernur ke Menteri Perhubungan.Tentunya walau hal itu belum bisa terealisir,tapi dengan pembangunan terminal baru yang lebih besar kapasitasnya ini sementara bisa akomodir dan memenuhi tuntutan yang ada,"harapnya.
Data Bandara Djalaludin
Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo (Pelabuhan Udara Tolotio) terletak pada
jazirah utara pulau Sulawesi yaitu Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa Kabupaten
Gorontalo dahulu masuk wilayah provinsi Sulawesi Utara.
Bandar udara ini berjarak 18 km dari ibukota kabupaten Limboto dengan koordinat
00 38' 17" LU dan 122 51' 07" BT, dengan ketinggian di atas permukaan
laut 18m adalah merupakan pintu gerbang utama transportasi udara yang melayani
daerah provinsi Gorontalo dengan ibukota negara dan kota ptovinsi lainnya di
wilayah Republik Indonesia.
Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo memiliki panjang landasan 2500m dengan lebar 45m dan mempunyai kekuatan PCN 41 FCXT. Sedangkan apron memiliki panjang 230m dan lebar 80m. Pesawat terbesar saat ini yang beroperasi di Bandara Djalaluddin adalah Boeing 737-900ER yang dioperasikan oleh maskapai Lion Air yang dapat mengangkut penumpang sebanyak 215 orang dan memiliki beban maksimum pada saat lepas landas (MTOW) mencapai 78 ton.
Pendaratan pesawat terbang pertama kali di daerah Gorontalo pada tahun 1955 dengan pesawat udara jenis ALBATROS di Lapangan Terbang Air Iluta di Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo dalam rangka meninjau pelaksanaan pekerjaan pembangunan lapangan udara di Desa Tolotio oleh Direktorat Pekerjaan Umum. Saat itu untuk keperluan transportasi militer dalam menyatukan dan mempertahankan wilayah teritorial NKRI. Selanjutnya seiring dengan selesainya pekerjaan rintisan pembangunan lapangan udara, maka pada tahun 1956 pesawat jenis DC-3 Dakota mendarat dilapangan udara (konstruksi pengerasan dasar)Desa Tolotio.
Dengan fasilitas sederhana lapangan udara Tolotio yang semula berfungsi sebagai pelabuhan udara militer juga berfungsi sebagai pelabuhan udara komersial yang dikelola oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara. Perubahan nama pelabuhan udara Tolotio menjadi Pelabuhan udara Djalaluddin terjadi pada tahun 1974 berdasarkan usulan fraksi ABRI di DPRD kabupaten Gorontalo tentang perubahan nama Tolotio menjadi Djalaluddin. Nama Djalaluddin diambil dari nama seorang penerbang TNI-AU yang merupakan putra terbaik Indonesia yang berasal dari daerah Gorontalo yaitu Letkol Pnb Djalaluddin Tantu yang dinyatakan gugur dalam operasi Dwikora di Malaysia. Dia hilang bersama pesawat Hercules yang dikemudikannya, sehingga menjadi Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo. (BN)