Biro Komunikasi dan Informasi Publik - Sabtu, 21 Agustus 2010

5171 x Dilihat

MODERNISASI BELAWAN PERLU DIPERCEPAT

(Medan, 21/08/10) Dalam rangka mengurangi kongesti atau demurrage kapal-kapal yang mengisi, loading maupun unloading barang di Pelabuhan Belawan, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat modernisasi Pelabuhan utama di provinsi Sumatera utara ini. Demikian dinyatakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa kepada Pers saat melakukan kunjungan kerja ke provinsi Sumatera Utara bersama Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Agus Martowardoyo, serta Menteri  Pertanian Suswono Sabtu, 21 Agustus 2010.

“Dari apa yang kita pantau, memang Pelabuhan Belawan memerlukan percepatan dalam upaya kita mengurangi kongesti atau demurrage kapal-kapal yang mengisi, loading maupun unloading. Oleh sebab itu kita memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi untuk mempercepat memodernisir Pelabuhan Belawan. Baik jangka pendek, menengah dan panjang. Connectivity di provinsi sumatera utara ini harus kita benahi, agar biaya tinggi transportasi bisa kita kurangi,” kata Hatta Rajasa.

Masalah kongesti di pelabuhan Belawan memang sudah terjadi bertahun-tahun. Menurut Hatta, upaya jangka pendek yang dapat dilakukan Pelindo I selaku pengelola adalah segera memodernisir crane yang diperlukan untuk bongkat muat container. Hatta menegaskan, jangan sampai Pelabuhan Belawan memiliki 8 crane, tapi yang beroperasi hanya 2 atau 3, sementara yang lain rusak.

Selanjutnya Hatta menyatakan, upaya jangka menengah dan panjang yang akan dilakukan Pelindo I untuk memodernisasi Pelabuhan Belawan adalah pengerukan dan pemindahan alur. Hatta menjelaskan, alur yang lama dengan panjang 13 Km memakan waktu perjalanan yang lama. Hal tersebut akan diatasi dengan alur baru yang jaraknya lebih pendek yaitu 8 Km. “Ini harus kita percepat. Tidak boleh 5 tahun yang lalu masih planning sekarang masih planning juga,” tegas Hatta.

Prasarana/Sarana selanjutnya yang perlu dimodernisir, menurut Hatta adalah fasilitas dan layanan pipanisasi crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah, yang merupakan salah satu komoditi utama provinsi Sumatera Utara. “Satu kapal yang muatannya 20.000 ton untuk loading memakan waktu 6 hari. Mana mungkin kita bisa bersaing kalau masih 6 hari. Untuk itu system saluran pipanya harus diperbanyak/diperbesar, dan kapasitas pompa harus ditingkatkan. Tadi dijanjikan (Pelindo I) 6 bulan selesai. Enam bulan lagi saya akan kesini lagi memastikan itu sudah bisa diatasi,” kata Hatta.


Pembiayaan Pembangunan


Untuk mendukung proses modernisasi  ini, tentunya dibutuhkan pembiayaan yang memadai. Menteri Keuangan Agus Martowardoyo dalam konferensi pers yang sama menyatakan, kebutuhan untuk menyelesaikan pembangunan perluasan di Pelabuhan Belawan mencapai 85 juta dollar. Kata Agus, Pelindo I telah bekerjasama dengan IDB (Islamic Development) untuk mendapat fasilitas pinjaman. Bahkan perjanjian kerjasama tersebut sudah ditandatangani di bulan Desember 2009, tetapi sampai sekarang memang belum dicairkan. Menurut direksi Pelindo pencairan dana tersebut akan dilaksanakan setelah lebaran 2010.

Menurut Agus, selain pinjaman, sebenarnya ada alternatif lain bagi Pelindo untuk mengatasi masalah pendanaan. “Kalau tidak melakukan pinjaman dengan IDB, Pelindo dapat menerbitkan obligasi, atau melakukan pinjaman pada bank komersil. Ini adalah alternatif-alternatif yang bisa dipakai untuk segera merealisasikan proyek pengembangan Pelabuhan Belawan,” kata Agus. (YF)

 

Jajak Pendapat

Kementerian Perhubungan RI

Bagaimana proses pelayanan pengaduan di Kementerian Perhubungan?

Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan
  MENU