2858 x Dilihat
Melalui Pembiayaan Islamic Development Bank, Pengembangan Pelabuhan Belawan Fase 1 Dimulai
JAKARTA - Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melakukan kerjasama dengan Islamic Development Bank, yang dituangkan dalam bentuk Penandatanganan Kontrak Pekerjaan Fisik Paket I Pengembangan Pelabuhan Belawan Fase 1 dengan pembiayaan Islamic Development Bank (IND-133) yang dilaksanakan pada hari ini Senin, 25 April 2016 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan. Kerjasama tersebut dilaksanakan berdasarkan Istisna’a Agreement yang telah ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dengan Islamic Development Bank pada tanggal 14 Desember 2009 yang melingkupi Pekerjaan Fisik, Jasa Konsultansi dan Dukungan Project Management Unit.
Penandatanganan Pekerjaan Fisik Paket 1 ini merupakan bagian dari rencana Pengembangan Pelabuhan Belawan yaitu Pembangunan Dermaga Peti Kemas dan Lapangan Penumpukan sebagaimana tercantum dalam Rencana Induk Pelabuhan Belawan yang telah ditetapkan oleh Menteri Perhubungan pada Tahun 2012. Jika dilihat dari kapasitasnya, Pelabuhan Belawan merupakan Pelabuhan Utama dan terbesar ketiga di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak, dengan kapasitas eksisting mencapai 1,2 Juta TEU’s dan throughput peti kemas tahun 2015 lebih dari 1 (satu) juta Teus sehingga diharapkan dengan pengembangan Pelabuhan Belawan Fase 1 dan Fase 2 meningkatkan kapasitas menjadi 2 Juta TEU’s.
Di samping itu, pengembangan Pelabuhan Belawan sebagai Pelabuhan Peti Kemas adalah dalam rangka mendukung Program Tol Laut Pemerintah, di mana Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung merupakan salah satu dari 24 pelabuhan baik pelabuhan hub maupun feeder yang tengah dikembangkan.
Program Tol Laut diharapkan akan menjadi tulang punggung dari jaringan pelayaran domestik untuk pergerakan barang dari koridor Barat melalui Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung menuju koridor Jawa melalui Pelabuhan Tanjung Priok/Kali Baru, Tanjung Perak, hingga Sulawesi melalui Pelabuhan Makassar dan akhirnya menuju koridor Timur melalui Pelabuhan Bitung (dan sebaliknya), dengan didukung Pelabuhan Malayahati, Pelabuhan Batu Ampar Batam, Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Jambi, Pelabuhan Palembang, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tenau Kupang, Pelabuhan Pontianak, Pelabuhan Banjarmasin, Pelabuhan Sampit, Pelabuhan Karingau Balikpapan, Pelabuhan Palaran Samarinda, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Kendari, Pelabuhan Ternate, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Sorong, dan Pelabuhan Jayapura.
Dengan Tol Laut, selain konektivitas antar wilayah dapat terwujud, maka distribusi barang akan semakin lancar sampai ke pelosok-pelosok sehingga dapat menekan disparitas harga. Pada akhirnya pembangunan Tol Laut menjadi sarana penggerak roda perekonomian ke seluruh daerah di Indonesia, bukan hanya di Jawa melainkan di seluruh wilayah nusantara (Indonesia Sentris). (HUMASDJPL)