16755 x Dilihat
Kolaborasi dan Sinergi Membangun Reputasi Sektor Transportasi di Era Digital
Beberapa tahun terakhir, teknologi informasi terus berkembang dengan pesat. Hal ini menyebabkan transformasi digital menjadi tak terelakkan dan berdampak di berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik sosial maupun budaya. Masyarakat kini memasuki era digital, ditandai dengan mudahnya penyebaran dan penerimaan informasi melalui internet dan media sosial. Era digital menghadirkan tantangan dan peluang baru yang harus disikapi dengan bijak, tak terkecuali di bidang komunikasi.
Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan sebagai koordinator kegiatan komunikasi publik dan kehumasan di Kementerian Perhubungan menjawab tantangan ini dengan menyelenggarakan Forum Komunikasi Publik bertema Kolaborasi dan Sinergi Membangun Reputasi Sektor Transportasi di Era Digital, pada 7 – 8 Mei 2018 di Batam.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Djoko Sasono saat membuka forum mengatakan, instansi atau perusahaan yang bergerak pada sektor transportasi dewasa ini dianggap sangat rentan terhadap perkembangan isu yang terjadi di tengah masyarakat. Terlebih dengan adanya kemajuan teknologi informasi melalui media massa dan media sosial, saat ini tidak jarang isu ini berakhir dengan perspektif negatif akibat adanya distorsi komunikasi di masyarakat. Untuk itu diperlukan sinergitas antar praktisi komunikasi atau humas seluruh sektor transportasi.
“Distorsi dalam komunikasi bisa berakibat bahaya. Dengan demikian kita perlu sama-sama membangun suatu frekuensi, suatu pemahaman isu-isu yang memang harus kita kelola karena kita ingin nanti tidak hanya output tapi juga outcomenya juga menjadi lebih menggelegar,” kata Djoko. Dijelaskan Djoko, tantangan lain humas di sektor transportasi adalah menyamakan informasi yang disampaikan ke masyarakat. Hal ini menurut Djoko penting dalam upaya menghindari munculnya distorsi informasi.
Untuk itu menurut Djoko ada tiga hal penting yang harus dimiliki humas sektor transportasi dalam upaya membangun komunikasi informasi ke masyarakat yaitu dedikasi, kolaborasi, dan totalitas. Keterlibatan masyarakat ‘engagement’ yang baik juga diperlukan dalam upaya penyampaian informasi, membangun reputasi instansi, dan pada akhirnya memperoleh kepercayaan masyarakat atau public trust.
Djoko berharap pertemuan ini dapat meningkatkan kolaborasi dan sinergi humas di sektor transportasi dalam membangun reputasi di sektor transportasi. “Kalau kita total, fokus, berkolaborasi dan bersinergi, saya percaya kita akan mencapai hasil yang luar biasa,” tutup Djoko.
Literasi Digital dan Hoax
Sementara itu,Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Komunikasi dan Media Sosial Gun Gun Siswadi menerangkan, generasi yang lahir di era digital ini memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Generasi digital sangat menghargai kebebasan berekspresi dan cenderung tidak suka diatur dan dikekang. Adalah hal yang lumrah bagi generasi ini memiliki lebih dari satu akun media sosial sekaligus, karena hal tersebut merupakan bukti akan eksistensi mereka. Soal privasi pun, generasi digital cenderung lebih terbuka, blak-blakan, dan memiliki pola pikir lebih agresif.
“Inilah generasi yang kita hadapi sekarang, oleh karena itu kita harus mampu membaca situasi. Bila kita adaptif (terhadap era digital) maka kita mampu meneruskan pesan dengan benar kepada mereka,” ujar Gun Gun.
Namun diakui Gun Gun, perkembangan teknologi yang pesat ini belum diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk dapat memanfaatkan kebebasan informasi dengan baik. Untuk itu, salah satu peranan pemerintah adalah menyosialisasikan literasi media digital kepada masyarakat. Literasi media digital adalah kemampuan untuk menyaring, memilah, memilih, dan memproduksi pesan-pesan yang terdapat di internet dan media sosial.
Literasi media digital ini amat penting, terutama untuk menangkal berita bohong (hoax)ataupun informasi-informasi lain yang berpotensi merugikan pembacanya. Apalagi, masyarakat kini cenderung cepat merespon dan menyebarkan suatu informasi, terlepas informasi tersebut benar atau tidak, lebih-lebih bila informasi tersebut dikategorikan sebagai trending topic atau viral. Padahal trending topic tidak melulu organik (terjadi secara alami), melainkan dapat diciptakan sesuai dengan kepentingan pihak-pihak tertentu.
Pakar dan Praktisi Komunikasi Digital, Shafiq Pontoh mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dan tidak terjebak dalam ilusi informasi. “Ilusi ini yang dimanfaatkan banyak pihak yang memahami bagaimana cara kerja dunia digital. Penting bagi kita untuk juga memahami cara kerja ini. Jangan sampai kita mempercayai ilusi sebagai sebuah realita,” tegas Shafiq.
Untuk menangkal berita hoax, lanjut Shafiq, ada dua langkah sederhana yang dapat diterapkan. Langkah pertama adalah dengan menahan diri untuk tidak terburu-buru menyebarkan informasi dengan bersikap apriori, baik informasi dari media tak dikenal maupun media mainstream. Hal ini karena media mainstream sekalipun tidak dapat dijamin 100 persen bebas dari hoax.
Selanjutnya mencermati fakta dan data serta membandingkannya dengan sumber-sumber lain. Jika dapat, lakukan konfirmasi dengan pihak terkait sesegera mungkin. “Jangan karena isinya sejalan dengan persepsi dan opini kita lalu kita menyakininya sebagai sebuah kebenaran,” ujar Shafiq.
Berdasarkan hasil survey yang diinisiasi oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJI), penetrasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 143,26 juta jiwa atau sebanyak 54,68% dari total seluruh penduduk Indonesia. Jumlah ini meningkat cukup pesat dibandingkan dengan tahun 2016, dimana jumlah pengguna internet yakni sebanyak 132,7 juta jiwa. Sementara berdasarkan data dari We Are Social, pengguna aktif media social di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 79 juta jiwa. Pada tahun 2017, jumlah ini melonjak cukup tinggi. Tercatat, sebanyak 106 juta jiwa kini merupakan pengguna aktif media sosial dengan aplikasi Youtube, Facebook, dan Instagram sebagai aplikasi terpopuler.
Meningkatnya penggunaan internet dan media sosial tak pelak menggeser perilaku offline menjadi online. Sebagai contoh, interaksi antar personal yang awalnya dilakukan dengan bertemu dan bertatap muka kini menjadi online dengan adanya media sosial dan aplikasi chatting, seperti Line atau Whatsapp. Kini pun orang tak perlu meluangkan waktu dan tenaga untuk pergi belanja. Cukup belanja secara online, yakni dengan beberapa ketukan di layar smartphone, maka barang yang diinginkan akan diantar ke pintu rumah. Bahkan bidang pendidikan pun tak luput dari perubahan ini dengan munculnya layanan E-learning – belajar melalui jaringan internet.
Mudahnya penyebaran informasi melalui internet dan media sosial tak hanya memiliki sisi positif, tetapi juga negatif. Sudah tak terhitung berapa banyak berita palsu atau hoax yang beredar di dunia maya yang merugikan pihak-pihak tertentu. Bagi para praktisi humas, inilah tantangan berat yang harus dihadapi.
Salah satu fungsi humas adalah untuk membangun citra dan reputasi positif bagi instansinya. Fungsi tersebut kini tak dapat lagi hanya mengandalkan pola-pola lama, tetapi juga harus adaptif terhadap tren komunikasi terkini yang terus mengikuti dinamika perkembangan teknologi informasi.
Diselenggarakannya Forum Komunikasi Publik ini bertujuan untuk membentuk kesamaan persepsi dan pola koordinasi antar humas yang efektif dalam rangka mewujudkan reputasi sektoral yang positif. Selain itu dengan hadirnya dua pembicara pada pertemuan ini, diharapkan para peserta forum yang hadir dapat meningkatkan kompetensi dan kapasitasnya sebagai humas, terutama dalam hal penguasaan terhadap tren komunikasi terkini.
Masyarakat memiliki ekspektasi yang besar dalam sektor transportasi, khususnya dalam segi pelayanan. Oleh karena itu, humas harus tanggap terhadap tantangan tersebut, baik dalam menangkap ekspektasi publik maupun dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Medium yang paling efisien untuk menyampaikan hal tersebut di era digital ini adalah melalui internet dan media sosial. Kedua hal ini merupakan materi yang ditekankan dalam Forum Komunikasi Publik ini. Seluruh hal tersebut tentunya dilakukan demi mencapai pelayanan publik yang prima dan hal ini hanya bisa tercapai jika terjadi kolaborasi dan sinergi dari seluruh pihak terkait.
Adapun acara Forum Komunikasi Publik Sektor Transportasi Tahun 2018 ini juga dihadiri perwakilan dari Humas Sektor Transportasi di lingkungan Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Kota/Provinsi, BUMN dan Swasta sektor transportasi.