5566 x Dilihat
KAJI ULANG RUTE TIMIKA, GARUDA DIMINTA MELIHAT KEPENTINGAN MASYARAKAT
(Jakarta, 06/01/10) Meski pihak Bandara Mozes Kilangin menyatakan akan melayani kembali pengisian avtur untuk pesawat Garuda Indonesia, namun manajemen BUMN penerbangan itu memutuskan untuk mengkaji kembali rute penerbangannya menuju Timika. Terkait hal itu, Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan nasional diminta untuk tetap melihat kepentingan masyarakat.
”Garuda silakan melakukan pengkajian ulang penerbangannya ke Timika. Tetapi, kita harapkan tetap melayani penerbangan ke sana, dan sebagai maskapai penerbangan nasional tetap melihat kepentingan masyarakat,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Bambang S Ervan di Jakarta, Rabu (6/1).
Bambang menambahkan, terlepas dari permasalahan yang terjadi antara Garuda dan Airfast Aviation Facilities Company (AVCO) selaku pengelola bandara saat ini, perhatian Kementerian Perhubungan terfokus pada sektor pelayanan kepada masyarakat di Timika. Jadi sekalipun hasil pengkajian ulang Garuda tersebut nantinya memunculkan keputusan terburuk manajemen untuk menghentikan pelayanannya, pemerintah tetap akan mengutamakan kepentingan masyarakat.
”Kita melihatnya ke depan, tidak hanya hari ini. Oleh sebab itu, jika Garuda memutuskan untuk menghentikan penerbangannya ke Timika, tentu rute itu akan kita tawarkan kepada maskapai lain. Karena kita tidak ingin penerbangan untuk melayani masyarakat di sana terhambat, mengingat pangsa pasarnya sudah terbangun. Tetapi, kita harapkan Garuda tidak menghentikan penerbangannya ke Timika,” lanjut Bambang.
Untuk diketahui, surat pernyataan AVCO untuk melayani kembali pengisian avtur bagi pesawat Garuda dikirimkan kepada manajemen Garuda pada 5 Januari 2010, atau dua hari setelah anak perusahaan PT Freeport Indonesia tersebut memutuskan untuk menghentikan pelayanannya kepada Garuda di Mozes Kilangin.
Dalam pemberitahuan yang juga ditembuskan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ini, AVCO menyatakan bersedia menyiapkan pasokan sebanyak 9000 liter avtur per hari kepada Garuda. Namun, Garuda yang juga sejak 3 Januari lalu memutuskan untuk menghentikan penerbangannya ke Timika, memutuskan untuk mengkaji ulang rute tersebut. Alasannya, pasokan bahan bakar sebanyak 9000 liter per hari itu tidak bisa menutupi kebutuhan pesawat Garuda yang berbadan lebar.
Standar keselamatan penerbangan internasional yang dikeluarkan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional IATA, dijadikan acuan oleh Garuda untuk melakukan pengkajian ulang itu. Standar itu mensyaratkan bahwa selain bahan bakar yang diperlukan untuk menerbangi suatu rute tertentu, Garuda juga harus memastikan tersedianya reserve fuel, atau bahan bakar cadangan yang harus diangkut.
Bahan bakar cadangan ini diperlukan apabila pesawat sampai harus melakukan holding atau berputar dahulu sebelum melakukan pendaratan, maupun ketika pesawat terpaksa harus mengalihkan tempat pendaratannya (diversion). Selain itu, kebutuhan bahan bakar yang cukup juga sangat diperlukan berkaitan dengan kondisi cuaca di berbagai daerah atau kota tujuan yang sering tidak menentu saat ini, di mana hal tersebut sangat memerlukan kepastian tersedianya bahan bakar yang cukup.
Pada kasus yang melibatkan Garuda dengan AVCO ini, Bambang S Ervan menambahkan, posisi Kementerian Perhubungan adalah untuk membantu mencari solusi untuk mengatasi permasalahan seputar penyediaan avtur. ”Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Dirjen Perhubungan Udara, kita meminta AVCO untuk mengevaluasi kembali dengan menghitung ulang kebutuhan avtur bagi semua pesawat yang beroperasi di bandara yang dikelolanya, tidak hanya untuk Freeport. Kalau tidak bisa memberikan pasokan sesuai kebutuhan, AVCO diminta untuk membuka kesempatan bagi operator lain seperti Pertamina, misalnya,” ujar dia. (DIP)