4314 x Dilihat
JAJARAN DITJEN HUBLA HARUS MAMPU CIPTAKAN MIND SET TERBAIK
(Jakarta 22/2/2012) Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan menekankan agar jajaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (DItjen Hubla) memiliki integritas dalam menjalankan tugas sehari-hari sehingga menghasilkan pelayanan prima pada perusahaan pelayaran, operator pelabuhan, dan perusahaan pendukungnya, serta masyarakat pengguna jasa transportasi.
Demikian salah satu bagian yang disampaikan E.E. Mangindaan ketika menyampaikan sambutan dalam Rapat Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, di ruang Mataram, Kementerian Perhubungan, Rabu (22/2).
Lebih jauh Menhub meminta agar peserta raker menghayati tema dari raker ini yang mengamanatkan untuk mewujudkan reformasi birokrasi dalam rangka membangun profil aparatur yang berintegrasi dan produktif untuk meningkatkan kerja dan pelayanan kepada masyarakat.
“Dari sini maka harus ada perubahan mind set, ke arah yang lebih baik. Tidak sulit asal kita mau bekerja keras, maka perubahan mind set itu akan terjadi,” kata Menhub.
Rapat Kerja Ditjen Hubla berlangsung dari tanggal 22-24 Pebruari, dengan agenda pengarahan dari pejabat Kementerian Perhubungan, Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Keuangan, Badan Narkotika Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, serta ceramah motivasi kerja. Selain itu juga ada pembahasan teknis yang dibagi dalam 3 komisi yakni Komisi A yang akan membahas bidang Angkutan Di Perairan dan Kepelabuhanan, Komisi B membahas bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran serta Perlindungan Lingkungan Maritim, Komisi C akan membahas bidang Regulasi, SDM, Perencanaan dan Keuangan.
Mengenai kegiatan reformasi birokrasi, Menhub menyatakan pemerintah sudah memiliki grand desain, sehingga dapat dijalankan. Namun demikian untuk menjalankannya harus melihat karakteristik suatu daerah yang masing-masing berbeda, sehingga penyesuaian dengan karakter suatu daerah.
“Saya minta Kementerian Perhubungan bisa menjadi motor dalam kegiatan reformasi birokrasi. Paling tidak jika capaiannya bisa 50 persen sudah bagus, dan bisa dilanjutkan terus,” ungkap Mangindaan.
Secara rinci Menhub juga menjelaskan tahapan reformasi birokrasi, mulai dari kegiatan restrukturisasi organisasi, ketatalaksanaan (administrasi), sumber daya manusia (SDM), pengawasan, dan aquntabilitas pelayanan.
“Akuntabilitas kinerja itu orientasinya hasil. Pada akhirnya kinerja pelayanan yang dilakukan jajaran Ditjen Hubla terlihat berhasil jika menghasilkan pelayanan prima yang memuaskan pihak pengguna jasa,” kata Menhub.
Tahapan yang berlangsung dari reformasi, kata Menhub, mempunyai keterkaitan satu sama lainnya. Misalnya, untuk tahap awal dilakukan dengan kegiatan restrukturisasi organisasi, namun tentunya tidak dilakukan secara besar-besaran karena membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan dari suatu daerah. Setelah restrukturisasi, baru meningkat pada penataan ketatalaksanaan atau adminsitrasi. Pada bagian penataan ketatalaksanaan, menyangkut penetapan mekanisme kerja, standar operasi . Setelah itu akan diketahui sumber daya manusia yang dibutuhkan.
“Dari sini bisa dilihat pembinaan sumber daya manusia. Orang sering bingung karena adanya tebang pilih. Misalnya ada yang sudah tujuh tahun tidak pindah-pindah, tapi ada juga yang cepat naik. Hal itu akan membuat kinerja pelayanan tidak baik,” ujar Menhub. Untuk itu, tambahnya, melalui raker ini perlu diperhatikan untuk melakukan reformasi birokrasi melalui penempatan sumber daya manusia yang kompetensinya sesuai dengan bidang tugas.
Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ini juga menjelaskan pentingnya pengawasan pelaksanaan kegiatan pelayanan, karena Kementerian Perhubungan, khususnya Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, sangat besar pengaruhnya kepada masyarakat.
Untuk meningkatkan pelayanan juga diakuinya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan membuat pelayanan satu atap, sehingga untuk masyarakat dengan mudah, cepat dan transparan dalam mendapatkan pelayanan.
Proses peningkatan itu mendapat sorotan dari Menhub agar tetap berjalan dengan benar dan tepat, jangan sampai terjadi penyimpangan. “Jangan sampai konsep pelayanan satu atap, tetapi pintu dan jendelanya banyak, akhirnya tetap saja tidak jadi peningkatan pelayanan,” jelasnya.
Dari penjelasannya mengenai alur birokrasi, pada akhirnya E.E. Mangindaan menekankan juga agar kegiatan pelayanan yang dipercaya itu berorientasi pada hasil. Termasuk kinerja dari para pemegang kuasa anggaran (KPA) maupun pejabat pembuat komitmen (PPA) agar berhasil dalam menjalankan kegiatan suatu pekerjaan.
“Saya tahu kalau banyak yang mempengaruhi, tapi jika hal itu terjadi, kembalikan pada aturan yang berlaku, sehingga apa-apa yang dikerjakan akan berhasil dengan baik. Dan keberhasilan para KPA dan PPK akan mendapatkan reward, karena pimpinan disini tidak hanya untuk memberikan punish, ” pesan Menhub.
Di bagian lain Menhub juga mengingatkan agar aparat Ditjen Hubla memperhatikan keselamatan di atas segalanya. Sebab, apapun hasil dari penyediaan infrastruktur tidak akan mendapat pengakuan dari suatu hasil kerja yang baik, manakala soal keselamatan rendah.
“Jadi jangan pernah abaikan keselamatan pelayaran, dan lakukan dengan berbagai cara agar keselamatan pelayaran dapat tercipta,” tandasnya. (AB)