(Jakarta, 6/5/2011) Indonesia berpeluang menjadi pusat pelatihan keselamtan penerbangan di Asia, Menyusul dilakukannya kerjasama pelatihan penerbangan antara  Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Kementerian Perhubungan dengan Joint Aviation Authorities Training Organization (JAA-TO).

Hal tersebut disampaikan Menteri Perhubungan Freddy Numberi saat menyaksikan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti bersama Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Penerbangan (BPSDMP), Capt. Bobby Mamahit dan Direktur Training Joint Aviation Authorities Training Organization (JAA-TO), Joost Jonker di kantor Kementerian Perhubungan Jakarta, Jumat (6/5).

Menhub menambahkan, selama ini negara-negara di kawasan Asia melakukan pelatihan penerbangan di lembaga JAA-TP di Belanda sehingga biayanya mahal dan tidak efisien. “Dengan kerjasama ini, negara-negara seperti Laos, Myanmar, Timor Leste dapat melakukan pelatihannya di Indonesia sehingga costnya lebih murah tapi dengan standar JAA-TO yang sama,” tegas Menhub.

Ruang lingkup MoU ini, Menhub menjelaskan, bukan hanya kerjasama dalam produk-produk pelatihan yang dikembangkan oleh JAA-TO kepada komunitas penerbangan Indonesia tapi juga memungkinkan pelatih lokal untuk menjadi pelatih berkualitas yang berkualifikasi internasional.

Alasan dipilihnya Indonesia menjadi partner JAA-TO, menurut Direktur JAA-TO, Joost Jonker adalah karena Indonesia merupakan negara yang sangat mendukung dan berkomitmen terhadap peningkatan keselamatan penerbangan.

“Selain itu, kerjasama ini diharapkan dapat meyakinkan Uni Eropa yang masih melakukan banned terhadap beberapa maskapai Indonesia bahwa Indonesia berkomitmen meningkatkan keselamatan penerbangan ke tingkat yang lebih tinggi,” tegas Jonker.

JAA-TO merupakan salah satu lembaga training dari Uni Eropa yang berkedudukan di Belanda. (RY)