5384 x Dilihat
HINDARI DIKOTOMI KEDAERAHAN, DITJEN HUBLA UBAH NAMA KAPAL PERINTIS
(Jakarta, 20/1/2010) Untuk menghindari dikotomi kedaerahan terhadap nama kapal perintis, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan mengubah nama-nama pada lambung 28 kapal yang dibangun pemerintah yang selama ini beroperasi di wilayah Indonesia.
Dirjen Perhubungan Laut, Sunaryo mengemukakan pihaknya mengubah nama kapal perintis yang selama ini sesuai dengan nama daerah operasinya menjadi Sabuk Nusantara yang penggantiannya sudah mulai dilaksanakan sejak awal tahun ini.
“Nama-namanya sudah mulai direalisasikan. Dua kapal terakhir sudah diberi nama Sabuk Nusantara 27 dan Sabuk Nusantara 28,” jelas Sunaryo usai membuka Pengarahan dan Pembekalan Pengelola Anggaran 2011 di Lingkungan Dirjen Laut di Jakarta, Kamis (20/1).
Sunaryo juga menambahkan bahwa anggaran 2011 Rp. 7 triliun akan diprioritaskan seuai program Direktorat Jenderal Laut, pertama untuk kepelabuhanan, angkutan perairan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan keempat kelestarian di lingkungan maritime.
Dari total anggaran yang digelontorkan, subsidi dilakukan untuk angkutan laut sebesar Rp1, 186 triliun yang terdiri dari Rp 908 miliar untuk angkutan kelas ekonomi oleh PT Pelni dan Rp 278 miliar untuk angkutan perintis di seluruh Indonesia dari sebelumnya Rp 274 miliar.
Untuk pengembangan angkutan perintis, dikemukakan Sunaryo pihaknya sudah menganggarkan untuk penyelesaian kapal multiyear dan pembuatan kapal dengan bobot 1.200 GT (gross ton), 750 GT, dan 500 GT dan menambah jumlah trayek di Indonesia timur.
“Untuk kepulauan Riau, saya juga sudah himbau penambahannya. Walaupun dari segi perekonomian sudah lebih baik, namun kita tidak boleh menganaktirikan daerah tersebut karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan kapal perintis untuk memenuhi kebutuhan transportasinya,” urai Sunaryo.
Diharapkan dengan adanya penambahan jumlah kapal dan trayek, maka kebutuhan masyarakat akan terpenuhi untuk melakukan transportasi yang aman, nyaman, dan cepat untuk sampai ke tempat tujuannya.
Tidak hanya penambahan, dijelaskan Sunaryo pihaknya juga melakukan perawatan dan perbaikan seluruh kapal-kapal perintis agar tetap bisa melayani masyarakat. Untuk setiap kapal disesuaikan dengan bobotnya, misalnya untuk jenis bobot 500 GT maka dana yang disiapkan Rp 500 juta.
“Namun begitu, untuk docking tidak langsung semua kapal dalam satu tahun, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada kapal tersebut,” imbuh Sunaryo.
Direktur Lalu Lintas Laut, Leon Muhammad menambahkan bahwa semua kapal perintis diubah namanya sesuai visi dan misi Perhubungan Laut untuk menyatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bukan menonjolkan kedaerahannya.
Seperti diketahui, pelabuhan singgah saat ini sebanyak 427 meningkat dari tahun lalu yang jumlahnya 424 pelabuhan. Sedangkan jumlah rutenya meningkat satu menjadi 61 rute, dengan rute baru Kupang. (CHAN)