Biro Komunikasi dan Informasi Publik - Rabu, 30 Januari 2013

4923 x Dilihat

GMF BANGUN HANGGAR 4 SENILAI RP 500 MILIAR

(Jakarta, 30/1/2013) PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia akan membangun Hangar 4 dengan total luas 64.000 m2 yang dikerjakan oleh perusahaan konstruksi BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan investasi senilai Rp 500 miliar.

Pembangunan Hanggar 4 yang mampu menampung 16 pesawat Narrow Body pada saat yang bersamaan ini ditandai dengan pelaksanaan ground breaking di lokasi proyek di area GMF AeroAsia di kawasan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng Jakarta oleh Menteri Perindustrian MH Hidayat, Rabu (30/1) Turut mendampingi Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Dirjen Perhubungan Udara Herry Bakti dan Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Emirsyah Satar.

Direktur Utama PT GMF AeroAsia, Richard Budihadianto mengatakan, pembangunan Hanggar 4 ini merupakan upaya GMF AeroAsia meningkatkan kapasitas produksi sekaligus melengkapi tiga hangar yang telah beroperasi sebelumnya.

Hangar 4 ini untuk menjawab kebutuhan pasar perawatan pesawat narrow body, baik untuk kawasan domestik maupun regional. GMF harus membangun hangar baru karena pertumbuhan pesawat di Indonesia sangat pesat.

Khusus Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan induk perusahaan GMF AeroAsia, tahun 2014 mencapai  194 pesawat dan ada kemungkinan bertambah lagi pada tahun 2015. Selain itu, pasar perawatan pesawat pihak ketiga (Non Garuda) baik di kawasan domestik maupun regional tumbuh pesat rata-rata 15-20 persen per tahun. Pasar inilah yang akan dikerjakan hangar baru, yang ditargetkan mulai beroperasi pada Juli 2014.

Hangar 4 dirancang untuk perawatan pesawat berbadan kecil (narrow body) karena pertumbuhan pesawat tipe ini paling pesat. Garuda Indonesia misalnya, terus menambah jumlah pesawat B737-NG,  A320, dan Bombardier CRJ1000 dalam beberapa tahun ke depan. Begitu juga dengan maskapai domestik yang lain memilih pesawat tipe serupa. Pada saat bersama, pesawat B737-Classic masih banyak dioperasikan oleh maskapai domestik maupun regional.

“Peluang pasar yang terus berkembang ini tidak dapat diserap secara maksimal oleh GMF jika tidak membangun hangar baru. Jika hangar baru tidak dibangun, potensi pendapatan yang cukup besar tidak dapat direalisasikan,” kata Richard. . Tahun ini, pendapatan GMF ditargetkan USD 260 juta dan pada tahun 2017 nanti diharapkan dapat menembus angka USD 500 juta.

Sementara itu Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, ekspansi yang dilakukan oleh GMF AeroAsia sangat strategis. Kemampuan perusahaan Maintenance Repair and Overhaul (MRO) di Indonesia masih sangat terbatas.  Akibatnya hanya sekitar 30 persen pasar perawatan pesawat nasional yang mampu dilayani oleh MRO Nasional, sisanya 70 persen dinikmati oleh MRO asing.

Bambang mengatakan, banyak peluang dan tantangan di depan. Peluang yang ada harus diraih dengan meningkatkan kualitas dan kapabilitas dalam pelayanan serta harga yang kompetitif.  Sedangkan tantangan yang ada harus sama-sama dibenahi untuk meningkatkan daya saing industri, guna mendukung angkutan udara nasional yang aman, handal dan efisien.

"Dengan penambahan kapasitas eksisting dua kali lipat, dalam 5 tahun ke depan, MRO nasional. Diharapkan dapat menyerap sekitar 50-60 persen dari pasar perawatan pesawat nasional," kata Bambang.

Data yang dimiliki Wamenhub, saat ini nilai pasar perawatan pesawat komersial dunia telah mencapai USD 40,1 miliar dan angka ini terus berkembang. Pasar ini bertumbuh. 3,6 persen dan pada tahun 2016 diharapkan mencapai USD 58 miliar. Dua per tiga dari pasar MRO saat ini dikuasai oleh Amerika Utara dan Eropa Barat.

Namun demikian dalam 20 tahun mendatang, pusat armada pesawat udara dunia akan bergeser ke wilayah Asia Pasifik. Pada saat itu diproyeksikan 40 persen dari lalu lintas udara akan berasal dari Asia Pasifik. Perkembangan pasar MRO teroesat diprediksi akan terjadi di Asia, dengan pertumbuhan senilai lebih dari USD 5,6 miliar. Potensi pasar ini lah menurut Bambang yang harus di manfatkan betul oleh GMF khususnya dan perusahaan MRO nasional pada umumnya. (JO)

Jajak Pendapat

Kementerian Perhubungan RI

Bagaimana proses pelayanan pengaduan di Kementerian Perhubungan?

Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan
  MENU