5685 x Dilihat
EMERGENCY HANDLING PRACTICE, SUPADIO AIRPORT REACHED ICAO TIME TARGET
(Pontianak, 4/11/2010) PT Angkasa Pura II cabang Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, sukses menggelar latihan Penanggulangan Gawat Darurat (PGD) kecelakaan pesawat udara, Kamis (4/11/2010). Capaian waktu yang diperoleh dalam latihan yang melibatkan sejumlah unsur terkait ini berhasil memenuhi target capaian waktu yang disyaratkan organisasi penerbangan sipil internasional, International Civil Aviation Organization (ICAO), serta otoritas penerbangan nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
”Aturan ICAO mensyaratkan tiga menit, tetapi tadi kita bisa meraih kurang dari itu, yaitu 2 menit 57 detik. Ini pencapaian yang cukup baik, dan menandakan bahwa prosedur standar telah dijalankan,” jelas Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko kepada wartawan. Pada kesempatan tersebut, Tri Sunoko melakukan pemantauan langsung di lokasi acara bersama Komisaris Effendi Batubara serta Direktur Operasi dan Teknik Salahudin Rafi.
Menurut Tri, pelaksanaan PGD dengan melibatkan instansi terkait lain seperti Kepolisian, Basarnas, TNI, Pemerintah Daerah, rumah sakit, dan stake holders lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi ketentuan regulasi internasional yang dikeluarkan ICAO. ”Targetnya satu, yaitu untuk menjaga dan meningkatkan safety. Sedangkan tolok ukur yang dilihat adalah kesiagaan, kesigapan, serta kecepatan personel dalam menjalankan fungsi masing-masing sebagaimana yang dimandatkan. Seperti bagaimana cepat dan sigapnya tim pemadam dalam memadamkan api, tim medis mengevakuasi penumpang yang terluka dan lainnya, termasuk meminimalisasi seluruh akibat yang bisa dihasilkan dari kecelakaan itu, termasuk seberapa baik peralatan yang kita miliki ini bekerja saat dibutuhkan,” paparnya.
Bagi PT AP II, Tri menambahkan, momentum latihan PGD ini juga dimanfaatkan pihaknya untuk melakukan evaluasi untuk menyempurnakan prosedur standar penanganan kondisi darurat dari segala faktor. ”Evaluasi ini akan kita lanjutkan dengan pembaruan SOP (standard operating procedure) penanganan kondisi darurat dan sesuaikan dengan keadaan saat ini yang mengacu pada kondisi dan situasi yang berkembang di setiap bandara yang kita kelola. Kalau hasil evaluasi merekomendasikan pembaruan peralatan atau perlu dilakukannya penambahan alat maupun personel, itu pasti akan langsung kita realisasikan dengan tujuan pada kondisi nyata kita bisa action sempurna,” imbuhnya.
Menurutnya, tidak hanya latihan PGD, prosedur penanganan yang dilakukan personel Bandara Supadio dalam menangani kecelakaan yang dialami pesawat Lion Air JT 712 pada Selasa (2/11) lalu. ”Karena salah satu implementasi dari PGD ini adalah seperti ketika menangani pesawat Lion kemarin. Target kita ke depan adalah menjadikan seluruh bandara yang kita kelola berstandar internasional, baik dalam pelayanan terhadap penumpang maupun sisi keselamatan dan keamanan aktivitas penerbangan,” jelasnya.
Terkait penanganan pasca kecelakaan Lion Air di Supadio, Direktur Operasi dan Teknik Salahudin Rafi menambahkan bahwa tim PGD Bandara Supadio yang dibantu tim PGD Soekarno-Hatta serta teknisi Lion Air telah bekerja maksimal untuk mengupayakan pemindahan pesawat dari lokasi untuk. ”Kalau ditanya soal lamanya jarak waktu mulai kejadian sampai proses pemindahan pesawat, itu lebih karena tim harus menyambung dulu nose wheel yang patah supaya bisa ditarik. Ini membutuhkan waktu yang lumayan cukup lama juga. Kalau peralatan, itu sudah siap dari awal. Saya sendiri mengawal pemindahan itu dari awal hingga akhir di lapangan. Setelah nose wheel terpasang, kita cuma butuh 30 menit untuk membaawanya dari lokasi kejadian ke hangar milik TNI AU, dari jam 02.30 – 03.00 WIB Kamis (4/11) dinihari ,” paparnya. (DIP)