4282 x Dilihat
FFCH COULD BE THE CENTER FOR AVIATION CALIBRATION IN SOUTHEAST ASIA
(Jakarta, 19/1/2012) Indonesia siap menjadi pusat kalibrasi atau tera ulang fasilitas penerbangan di kawasan Asia Tenggara. Hal ini di mungkinkan, karena tidak semua negara di kawasan Asia Tenggara memilikinya. Apalagi peralatan yang dimiliki Indonesia sudah bertaraf internasional.
‘’Ke depan, selain melakukan kalibrasi atau pemeriksaan kelaikan alat-alat navigasi di bandara seluruh Indonesia , juga harus dapat melakukan kalibrasi di bandara-bandara di kawasan Asia Tenggara,’’ kata Menteri Perhubungan EE Mangindaan usai meresmikan Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BKFP) di kawasan Bandara Budiarto- Curug, Tangerang, Rabu (18/1).
Sesuai dengan Keputusan Menteri No.29/2002, Balai Kalibrasi memiliki tugas untuk menguji alat bantu navigasi udara, pendaratan, komunikasi penerbangan, laboratorium penerbangan.
BFKP saat ini memiliki 10 pesawat yang bertugas melakukan kalibrasi untuk bandara-bandara di Tanah Air. Tahun ini juga akan ada penambahan satu unit pesawat lagi dan tahun depan dua unit lagi.
Pesawat-pesawat tersebut dilengkapi alat-alat kalibrasi yang bertugas melakukan tera ulang atau pemeriksaan terhadap alat-alat navigasi yang biasanya berada di bandara. Pesawat yang digunakan antara lain jenis King Air sebanyak dua unit, Learjet empat unit, TBM 700 empat unit.
Pesawat-pesawat yang sudah dilengkapi fasilitas yang canggih ini akan mendatangi bandara yang akan dilakukan kalibrasi.
‘’Daripada mereka memanfaatkan badan kalibrasi dari negara Amerika atau Eropa yang jauh, kan lebih baik memanfatkan punya kita. Apalagi BFKP masuk dalam International Calibration Services Provider Organization (ICSPO) yang berarti badan kalibrasi kita sudah berstandar internasional,’’ kata Menhub. Di kawasan ASEAN selain Indonesia , Thailand dan Malaysia juga memiliki lembaga serupa, namun jumlah pesawatnya tidak sebanyak di Indonesia.
Ditambahkan oleh Menhub, sayang dan mubazir dengan teknologi canggih yang kita miliki ini, hanya dimanfaatkan untuk nasional saja, meski di dalam negeri sendiri, BKFP melakukan uji tera terhadap peralatan bandara yang berada di darat sebanyak 25 yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II, serta 167 bandara yang di kelola oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Dirjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan Herry Bakti mengatakan, sebenarnya, pasar di dalam negeri kita sendiri saja sudah banyak. Namun kita juga menargetkan dapat melayani bandara-bandara negara tetangga yang dekat dengan Indonesia .
"Dengan demikian, ini bisa menjadi unit bisnis, karena tidak semua negara punya pusat fasilitas kalibrasi, jadi mereka negara-negara lain bisa menggunakan fasilitas disini," ujarnya.
Kepala BKFP Bagus Sundjoyo yang mendampingi Menteri Perhubungan mengatakan, beberapa waktu yang lalu bandara di Myanmar dan Bangladesh juga pernah minta BKFP untuk melakukan kalibrasi peralatan navigasi yang mereka miliki.
Australia dan Singapura akan di lobi agar memanfaatkan BFKP. Apalagi harga yang ditawarkan cukup kompetitif.
Ke depan, lanjut Bagus, BKFP akan melakukan promosi agar bandara-bandara yang ada di kawasan itu dapat dikalibrasi seluruh peralatan kebandarudaraannya. (PR)