Biro Komunikasi dan Informasi Publik - Kamis, 10 Juli 2025

520 x Dilihat

BisKita Trans Bekasi Patriot, Andalan Integrasi Antarmoda Warga Bekasi

Waktu masih menunjukkan pukul 06.00 WIB. Sinar matahari semakin tinggi beriringan dengan ramainya pergerakan kendaraan di sepanjang jalur Kota Bekasi yakni Bantar Gebang - Jl. Narogong Rawalumbu – Jl. Raya Pekayon – Jl. K.H Noer Ali – Jl. Ir H. Juanda. Kendaraan saling berlomba mengangkut penumpang yang mengawali perjalanan dari rumah menuju berbagai pusat kegiatan yang berada di wilayah Kota Bekasi ataupun Jakarta, Kabupaten Bekasi, Bogor dan lainnya. Pemandangan ini jamak ditemui di semua wilayah perkotaan terutama aglomerasi Jabodetabek yaitu masyarakat yang bergerak dengan ritme dinamis, mobilisasi yang tinggi sepanjang hari, dan penumpang menggunakan berbagai angkutan umum maupun pribadi untuk menuju pusat-pusat kegiatan. Tentunya, perjalanan yang lancar tanpa kendala berarti di setiap pergerakan menjadi harapan yang sama dari masyarakat.

Seperti diketahui, pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan signifikan dan memicu peningkatan mobilitas penduduk dari daerah-daerah penyangga menuju pusat kegiatan. Mobilitas penduduk yang tinggi di perkotaan juga masih didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi baik mobil dan motor. Keberadaan angkutan massal di wilayah perkotaan yang terintegrasi, aman, nyaman, selamat, tepat waktu menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi melalui kolaborasi bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan operator transportasi. Hal tersebut bertujuan meningkatkan konektivitas antar wilayah, mengurangi kemacetan sebagai dampak penggunaan penggunaan kendaraan pribadi, dan tulang punggung perekonomian terutama di wilayah perkotaan.

Data Survey Penduduk Tahun 2020 dari Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah penduduk Kota Bekasi sebanyak 2,54 juta jiwa yang tersebar pada 12 wilayah Kecamatan. Menurut kelompok umur mayoritas penduduk Kota Bekasi sebanyak 72,56% merupakan kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang mengindikasikan Kota Bekasi masih dalam masa bonus demografi. Sementara itu, kelompok lainnya yaitu 19,53% berusia 0-14 tahun dan 7,91% berusia usia di atas 65 tahun.

Hadirnya Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Bekasi yang disebut BisKita Trans Bekasi Patriot menjawab tantangan penyediaan layanan angkutan umum massal perkotaan untuk mendukung mobilisasi dan aksesibilitas masyarakat. BisKita Trans Bekasi Patriot beroperasi mulai 3 Maret 2024 melalui skema pembelian layanan atau Buy The Service. Saat ini, Biskita Trans Bekasi Patriot melayani dari jam 05.00 – 21.00 WIB dengan jarak tempuh hingga 37 kilometer, memiliki 1 koridor layanan, dengan total armada sebanyak 15 unit yaitu 14 unit dengan 1 unit cadangan, dengan 7 ritase.

BisKita Trans Bekasi Patriot Dukung Integrasi Antarmoda


Setelah setahun lebih beroperasi, keberadaan BisKita Trans Bekasi Patriot menjadi angin segar warga Kota Bekasi dalam mobilitas, aksesibilitas, dan mengurangi dampak kemacetan jalan yang menuju pusat kota Bekasi maupun wilayah aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang. Kemenhub menggandeng pemerintah kota Bekasi dengan memberikan stimulus untuk layanan angkutan massal perkotaan yang aman, nyaman, selamat, modern sehingga menciptakan kesetaraan layanan. Bekasi merupakan kota ke-12 yang telah menerapkan layanan BTS. Kota-kota lain yang telah lebih dulu menerapkan BTS antara lain Bogor, Palembang, Medan, Bali, Solo, Yogyakarta, Makassar, Banyumas, Banjarmasin, Bandung dan Surabaya.

Selanjutnya, kami memulai perjalanan menggunakan BisKita Trans Patriot rute Pasar Alam Vida Bantar Gebang menuju Kawasan Summarecon Bekasi. Saat ini, tarif masuh berlaku Rp. 0,- dengan metode pembayaran menggunakan kartu elektronik saat tap in dan tap out, dengan waktu tempuh sekitar 60 menit , dan headway 10-15 menit.

BisKita Trans Bekasi Patriot merupakan BRT yang terintegrasi dengan berbagai simpul-simpul transportasi massal antarmoda berbasis jalan (Transjabodebek, bus Mayasari, JR Connexion) maupun rel (LRT, KRL, kereta jarak jauh). Penumpang yang ingin melanjutkan perjalanan dengan LRT Jabodebek dapat berhenti di Halte Revo Town kemudian melanjutkan perjalanan dari Stasiun LRT Bekasi Barat Revo Town Mall. Penumpang yang melanjutkan perjalanan dengan KRL ataupun Kereta Jarak Jauh dapat turun di Halte Stadion Candrabhaga atau Halte La Terezza kemudian dilanjutkan ke Stasiun Bekasi. Penumpang yang melanjutkan perjalanan menggunakan Trans Jabodetabek, JR Connexion, dan bus menuju Jakarta dapat turun di Halte Vida Bekasi, Halte Tol Barat 1, Halte Le Terazza Summarecon. Selain itu, penumpang yang ingin bepergian ke Bandara Soekarno Hatta atau Lampung bisa turun di Halte Kayuringin kemudian ke Terminal Kayuringin dan melanjutkan perjalanan menggunakan DAMRI Bandara Soekarno Hatta atau DAMRI Lampung.

Selain terintegrasi dengan simpul transportasi, BisKita Trans Bekasi Patriot terhubung dengan area residensial, pusat kegiatan (Stadion Bola Candrabhaga, Kantor Pemerintahan Kota Bekasi, Taman Kota Bekasi); kantor sarana layanan masyarakat (Rumah Sakit, Kantor Kecamatan, Kantor Polisi); pusat perbelanjaan (Revo Town Mall, Metropolitan Mall, Grand Metropolitan, Bekasi Trade Center, Bekasi Hypermal, Area Perbelanjaan Summarecon); serta berbagai sekolah dan kampus.

Di perjalanan kami berbincang dengan penumpang tentang layanan BisKita Trans Bekasi Patriot. Junaida, seorang karyawan swasta merupakan penumpang yang setiap hari menggunakan layanan Biskita dari rumahnya di kawasan Rawalumbu menuju Halte Stadion Candrabhaga kemudian melanjutkan perjalanan ke Stasiun KRL Bekasi.

Junaida mengatakan sangat menikmati layanan Biskita Transpatrot sejak beroperasi. Alasan utama Junaida memilih Biskita untuk menunjang mobilitasnya karena faktor keselamatan di perjalanan. “Lebih praktis sih, sebelumnya saya naik motor, jalur Narogong kan macet dan banyak truk jadi kurang keselamatannya. BisKita ini nyaman, waktu tunggunya juga ngga terlalu lama, busnya bagus, dan perjalanan lebih selamat,” ujarnya.

Lebih lanjut, dirinya berharap agar keberadaan BisKita Transpatriot dapat menambah koridor, mengurangi waktu tunggu (headway), dan menambah jumlah bus terutama di jam-jam sibuk. “Kalau nanti juga ada tarif yang harus dibayar juga saya tetap naik, tapi ya jangan mahal-mahal,” harapnya.

Fai seorang karyawan swasta juga rutin menggunakan BisKita rute Summarecon Bekasi– Halte Kayuringin/Samedja untuk mobilitas bekerja setiap hari. Sebelum ada BisKITA dirinya kerap menggunakan ojek online untuk berangkat bekerja. “Sejauh ini puas sama pelayanannya, busnya juga nyaman, waktu tunggunya paling lama 15 menit,” ujar Fai.

Fai menyampaikan harapan agar BisKITA dapat menambah koridor baru yang menjangkau berbagai daerah di Kota Bekasi hingga Kabupaten Bekasi. “Kalau nanti sudah ada tarif juga saya tetap naik kok,” tutup Fai.

BisKita wajib memenuhi Standar Pelayananan Minimum yang ditetapkan meliputi aspek keselamatan, kenyamanan, pelayanan, dan ketertiban. Setiap hari, semua unit Biskita rutin dilakukan rampcheck untuk memastikan keselamatan dan kelaikan kendaraan.

Leader Manajemen Pengelola Biskita Trans Bekasi Patriot, Aditya Fatih menyampaikan ramp check atau pemeriksaan armada bus merupakan prosedur penting untuk memastikan keselamatan, kelaikan jalan, dan kenyamanan penumpang. “Pemeriksaan dilakukan saat kedatangan di pool malam hari dan sebelum diberangkatkan pagi hari meliputi kesempurnaan body depan belakang, dan samping, lampu – lampu, AC, CCTV, perlengkapan Top On Board, kaca dan spion, pintu mekanisme buka tutup, kebersihan kabin, sabuk pengaman, kebisingan suara mesin, kelangkapan alat pemadam APAR, keluhan pengemudi terhadap performa mesin dan kondisi teknis lainnya,» jelas Adit.

Peran Pemerintah Daerah Untuk Keberlanjutan BisKita


Sejak beroperasi Maret 2024 hingga Juni 2025, Biskita telah andalan warga Kota Bekasi dan mendorong minat masyarakat beralih dari angkutan pribadi ke angkutan massal. Tercatat Biskita Trans Bekasi Patriot telah melayani lebih dari 59 ribu penumpang dengan rata-rata load factor atau tingkat keterisian 52,56%.

Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimoda (Intram) Risal Wasal mengatakan konsep BTS dalam konsep integrasi angkutan massal perkotaan merupakan wujud kehadiran pemerintah memberikan layanan kepada masyarakat untuk bepergian. Dalam hal ini Kemenhub memberikan stimulus (berupa subsidi) kepada Pemerintah Daerah untuk menyediakan angkutan massal yang aman, nyaman, berkeselamatan, dan setara. Oleh karenanya, ia menekankan layanan dan keberlanjutan BisKita Trans Bekasi Patriot memerlukan peran pemerintah Kota Bekasi.

Pemerintah pusat (Kemehub) selaku pembina memberikan contoh mengelola penyediaan layanan trasnportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau atau disebut pilot project. Pilot project bersifat sementara dan tidak sepanjang tahun. Sesuai regulasi yang telah ditetapkan, sudah ada pembagian kewenangan tentang penyediaan angkutan umum. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya angkutan umum yang aman, nyaman, terjangkau.

Sementara, PP. 35 Tahun 2023 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No, 15 Tahun 2024 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024, mengamanatkan agar pajak kendaraan bermotor minimalnya 10% digunakan untuk meningkatan moda dan sarana transportasi umum.

Risal mengatakan kedepannya, pemerintah Kota Bekasi harus merencanakan keberlanjutan penyediaan BisKita meliputi pembiayaan melalui APBD, penambahan rute dan layanan, serta konsep penerapan BRT sebagai sistem angkutan umum massal perkotaan terintegrasi yang berfungsi feeder (angkutan pengumpan) maupun angkutan utama.

“Pemda Bekasi harus menetapkan konsep BRT kedepan misalnya angkot menjadi feeder yang mengangkut dari perumahan-perumahan menuju BRT kemudian menuju LRT atau stasiun KRL (BRT sebagai feeder angkutan massal) atau BRT berfungsi sebagai angkutan utama yang langsung menuju pusat kegiatan,” ujar Risal.

Lebih lanjut, konsep integrasi transportasi massal perkotaan yang meliputi ketepatan jadwal, tarif terjangkau, dan fisik kendaraan harus diselaraskan aktivitas masyarakat. Hal ini mendrorong mendorong unsightseeing effect atau keinginan membeli setelah melihat bagi para penumpang angkutan massal. Contohnya, di simpul transportasi tersedia area perbelanjaan sehingga penumpang bisa belanja, makan, dan melakukan aktivitas lain yang akhirnya meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah tersebut.

“Kemenhub sebagai pembina tentu akan terus mensupervisi dan mndukung pemerintah daerah dalam menyediakan angkutan massal perkotaan sehingga integrasi intermoda dan antarmoda di wilayah tersebut terpenuhi,” tutup Risal. (AH-ADT/HG/ME/ETD)

Jajak Pendapat

Kementerian Perhubungan RI

Bagaimana proses pelayanan pengaduan di Kementerian Perhubungan?

Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan
  MENU