3430 x Dilihat
SAFETY ASPECT IN RUNWAY NEEDS MORE ATTENTION
(Denpasar, 21/5/2012) Pertumbuhan penumpang pesawat Udara di Indonesia untuk domestik dari tahun 2006-2010 meningkat 12,8 % setiap tahunnya dan untuk penumpang internasional meningkat 15,7 % per tahunnya. Dengan pertumbuhan tersebut, bandara-bandara di Indonesia sering mengalami masalah over capacity dikarenakan pergerakan pesawat meningkat dan tingkat pemakaian runway di bandara seperti Bandara Soekarno Hatta mencapai 100% di jam-jam sibuk. Oleh karena itu, semua pihak-pihak terkait penerbangan harus memperhatikan aspek keselamatan di runway.
Keselamatan di runway suatu bandara sangat bergantung pada komunikasi yang efektif antara pilot, controller,ground crew, dan operator untuk memastikan operasional di bandara dilakukan secara aman. "Komunikasi yang efektif terbukti menjadi faktor yang penting untuk mengurangi resiko akibat salah interpretasi atau salah paham terhadap suatu instruksi dan informasi." Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menegaskan pada acara The Regional Runway Safety Seminar/Wokshop di Hotel Discovery Kartika Hotel Bali, Senin (21/5).
Dalam kesempatan tersebut, Wamenhub menjelaskan human error menjadi salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan incident di runway. Untuk mengurangi resiko tersebut perlu dilakukan pelatihan keselamatan di runway. Dengan berbagai pelatihan keselamatan di runway yang terus berkembang, para pihak-pihak terkait seperti pilot, air traffic controller dan pengemudi kendaraan di bandara mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kesadaran dalam hal operasional runway dan mengurangi jumlah incident di runway.
Keselamatan di runway berkaitan langsung dengan kesadaran pilot, controller, dan operator bandara akan situasi di runway. "Semua pihak harus bekerja sama dalam hal komunikasi, navigasi, dan informasi pemantauan agar operasional runway yang aman dapat tercapai", jelasnya.
Sementara itu, menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti, salah satu materi yang dibahas adalah promosi ICAO untuk membentuk Runway Safety Teams (RST) di kawasan Asia Pasific. Tim ini berfungsi untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan runway safety, dimana ICAO akan mempertemukan para pakar dari beberapa profesional yang berbeda untuk mempromosikan pendekatan multidisiplin dalam rangka peningkatan runway safety di Asia Pasific.
"Tim ini untuk melakukan evaluasi di setiap bandara supaya kecelakaan tidak terjadi," tambahnya. Herry juga menjelaskan pihak pemerintah daerah juga ikut dilibatkan dalam pembentukan tim ini terkait dengan masalah keamanan di lingkungan bandara.
Dalam seminar ini, Wamenhub juga meminta dukungan dari para peserta karena Pemerintah Indonesia akan kembali menominasikan Indonesia sebagai anggota kategori III dalam Dewan ICAO pada Sidang ICAO di Montreal pada 2013.
Kegiatan seminar ini merupakan kerja sama antara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dengan International Civil Aviation (ICAO), the Flight Safety Foundation (FSF), dan the Association of Asia Pasific Airlines (AAPA) dan berlangsung pada 21-22 Mei 2012 dan dilanjutkan dengan kegiatan workshop pada 23-24 Mei 2012.
Seminar ini diikuti oleh lebih dari 322 peserta yang merupakan perwakilan dari 33 negara se-Asia Pasifik dan 6 organisasi international (ICAO, FSF, IATA, IFALPA, ASECNA, dan AAPA). (RY)