Biro Komunikasi dan Informasi Publik - Senin, 24 Januari 2011

5608 x Dilihat

GOVERNMENT SUPPORTS THE DEVELOPMENT OF AVIATION PARK

(Jakarta, 24/1/2011) Pemerintah pada prinsipnya akan mendukung usulan pembangunan kawasan industri penerbangan terpadu (Aviation Park) yang digagas oleh Indonesian Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA). Pernyataan tersebut diutarakan oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan Wakil Menteri Perindustrian Alex Retarubun ketika mengunjungi PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia di kawasan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta akhir pekan lalu.

Aviation park atau aerospace park ini selain berisi fasilitas perawatan pesawat, dan bengkel pesawat juga akan ditunjang dengan keberadaan industri yang memproduksi bahan baku dan suku cadang pesawat. Mengenai lokasi diharapkan ada di wilayah barat dan timur Indonesia. Direktur Utama PT GM AeroAsia Richard Budihadianto menjelaskan, hingga akhir tahun 2010 jumlah pesawat yang dimiliki oleh maskapai penerbangan nasional sekitar 800 buah. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 30-40 persen saja yang melakukan MRO (maintenance repair overhaul) di dalam negeri, sedangkan sisanya masih melakukan perawatan di luar negeri.

Masih kecilnya persentase pesawat yang melakukan MRO di dalam negeri dibandingkan dengan yang di luar negeri bukan karena kemampuan perusahaan perawatan pesawat di dalam negeri diragukan, melainkan karena terbatasnya fasilitas yang dimiliki oleh. ‘’Kendala kami adalah keterbatasan tersedianya logistik seperti suku cadang  dan sumber daya manusia,’’ jelas Richard. Komponen bahan baku yang tersedia untuk melakukan perawatan sebagian besar masih impor.  Selain itu keterbatasan SDM yang handal juga menjadi kendala, meski GMF telah menyelenggarakan pendidikan mekanik yang menghasilkan sekitar 200 mekanik terdidik setiap tahunnya.

Keterbatasan bahan baku penunjang ini membuat dua wakil menteri ini mendukung rencana Indonesian Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA) untuk membangun aviation park. Nantinya disekitar pusat perawatan pesawat terbang dibangun juga industri-industri penunjang. 

‘’Saya akan bicarakan hal ini dengan Kepala BKPM Gita Wirjawan. Untuk menarik investor dalam dan luar negeri yang sanggup membangun industri sebagai pemasok bahan baku untuk perawatan pesawat terbang,’’ kata Bambang.

Alex juga menjanjikan akan menghubungi sejumlah perusahaan industri komponan yang selama ini menjadi pemasok industri otomotif dan perkapalan untuk membangun pabriknya di Aviation Park. ‘’Saya akan menghubungi mereka. Karena ini bisa menjadi pasar tersendiri bagi mereka. Ini peluang besar yang harus dimanfaatkan oleh industri nasional,’’ ujar Alex.

Investor yang berminat di bisnis MRO pada Aviation Park itu tentu akan mendapatkan sejumlah fasilitas, misalnya insentif fiskal bidang perpajakan. Apalagi industri MRO termasuk nano teknologi dan bagi pionirnya akan mendapatkan sejumlah fasilitas, termasuk fasilitas perpajakan.

Pembangunan Aviation Park ini sebenarnya cukup mendesak, beberapa negara tetangga bahkan diketahui sudah memiliki Aviation Park. Indonesia yang memiliki banyak pesawat terbang harus segera membangun itu. Apalagi ini menjadi peluang baru bagi sektor industri.   Yang akan kita rasakan antara lain penyerapan tenaga kerja sekitar 3.500 orang serta pengematan devisa mengingat selama ini bahan baku perawatan masih di impor. Belum lagi akan tumbuhnya industri-industri penunjang yang baru.

Konsep yang diusung oleh Indonesian Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA) nantinya akan di godok lebih lanjut pada tataran kementrian-kementrian terkait dibawah koordinasi Kementrian Perindustrian sebagai pembina sektor industri. ‘’Kita masih menunggu lebih lanjut proposal yang utuh dari IAMSA, begitu bussines plannya bagaimana. Lebih cepat lebih baik,’’ kata Bambang.

Richard mengatakan, Indonesia berpeluang meningkatkan penyerapan pasar perawatan pesawat terbang seiring pertumbuhan industri penerbangan dunia yang meningkat pesat. Pesawat-pesawat yang beroperasi tahun lalu harus menjalani perawatan tahun ini. Pada tahun 2009, pasar perawatan pesawat global mencapai USD 49,3 miliar dan meningkat menjadi USD 56,7 miliar pada tahun 2014 mendatang. Perawatan itu tidak lagi di monopoli maskapai yang memiliki bengkel perawatan, tapi di outsourcing kepada pihak lain. Outsourcing ini diarahkan ke Asia Pasifik dan Amerika Selatan.

Perusahaan MRO di Eropa dan Amerika Utara memilih fokus menggarap industri teknologi tinggi dan padat modal, sehingga perawatan airframe diserahkan kepada pihak lain. Pada saat yang sama perusahaan MRO di Afrika , India dan Timur Tengah belum memiliki kemampuan menggarap pasar dari Eropa dan Amerika Utara. ‘’Karena itu yang dituju adalah Amerika Selatan dan Asia Pasifik, diantaranya Indonesia ,’’ jelas Richard yang juga Ketua Indonesian Aircraft Maintenace Shop Association (IAMSA).

Perawatan pesawat di Indonesia pada tahun 2009 masih sekitar USD 750 juta dan pada tahun 2014 diperkirakan akan meningkat menjadi USD 2 miliar. Selainn domestik yang bisa menjadi pangsa pasar utama untuk industri perawatan pesawat, perusahaan asing juga sudah mempercayakan perawatannya kepada GMF AeroAsia. (PR)
 

Jajak Pendapat

Kementerian Perhubungan RI

Bagaimana proses pelayanan pengaduan di Kementerian Perhubungan?

Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan
  MENU