389 x Dilihat
Menuju Transportasi Banyumas yang Modern dan Terintegrasi
“Di tepinya Sungai Serayu
Waktu fajar menyingsing
Pelangi merona warnanya
Nyiur melambai-lambai...”
Purwokerto - Lagu Di Tepinya Sungai Serayu karya musisi Banyumas Soetedja menyambut kedatangan penumpang Kereta Serayu di Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah. Kereta asal Stasiun Pasar Senen, Jakarta tersebut memang menjadi salah satu kereta favorit masyarakat Banyumas. Hal tersebut karena Kereta Api Serayu termasuk dalam kategori kereta api Public Service Obligation (PSO) yang mendapat subsidi dari pemerintah. Dengan begitu, tarifnya menjadi lebih terjangkau dan seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati transportasi yang selamat, aman, serta nyaman.
“Alhamdulillah berkat dukungan dari Kementerian Perhubungan, kereta api nonkomersial PSO ini setiap hari okupansinya minimal kalau hari kerja 95%. Kalau angkutan Natal dan tahun baru itu kadang-kadang sampai 181%,” ujar Kepala Daerah Operasi V PT Kereta Api Indonesia (KAI) Purwokerto Gun Gun Nugraha.
Di sisi lain, Stasiun Purwokerto yang berlokasi di pusat aktivitas perekonomian hingga pendidikan bagian Barat Jawa Tengah ini memang tidak hanya menjadi alternatif, tapi juga gerbang utama keluar masuk kota. Terbukti pada angkutan Lebaran 2025, Stasiun Purwokerto masuk dalam 5 besar stasiun dengan volume keberangkatan dan kedatangan tertinggi, dengan jumlah penumpang mencapai 12.000 orang dalam satu hari. Sementara itu, pada hari biasa, jumlah penumpang rata-rata hari kerja sekitar 3.000-3.500 orang dan pada akhir pekan menyentuh 6.000-7.000 penumpang.
Seiring dengan pertambahan volume penumpang, mulai 2023 Stasiun Purwokerto mulai berbenah. Digitalisasi seperti sistem pengenalan wajah untuk keberangkatan mulai diterapkan. Jembatan penghubung untuk mengurai arus keluar masuk penumpang juga diresmikan, yang kemudian menjadi ikon baru Purwokerto. Ke depan, sejumlah pembangunan terus diupayakan, salah satunya integrasi dengan moda lainnya. ”Berkolaborasi dengan pemerintah daerah, pintu keluar bagian Barat sedang kami tata, akan kami integrasikan dengan Trans Banyumas dan Trans Jateng,” ujar Gun Gun.
Transportasi Perkotaan Modern yang Lahir Saat Pandemi
Trans Banyumas yang melakukan pengoperasian pertama pada 5 Desember 2021 akan diintegrasikan dengan Stasiun Purwokerto. Trans Banyumas merupakan implementasi dari program Buy The Service (BTS) Kementerian Perhubungan. Layanan ini menjadi penunjang mobilisasi masyarakat Banyumas.
Saat ini, bus dengan desain tokoh wayang Banyumas bernama Bawor tersebut sudah terintegrasi dengan Trans Jateng serta Bus AKAP dan AKDP di Terminal Bulupitu Purwokerto. Sebanyak 52 unit bus Trans Banyumas melayani empat koridor antara lain Koridor 1 Terminal Ajibarang - Pasar Pon, Koridor 2 Terminal Notog - Terminal Baturraden, Koridor 3A Terminal Bulupitu Purwokerto - Terminal Kebondalem, serta Koridor 3B Terminal Bulupitu Purwokerto - Terminal Kebondalem. Tercatat pada 2024, Bus Trans Banyumas telah melayani 1,6 juta penumpang, dengan rata-rata keterisian di atas 40%.
Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Jawa Tengah (Jateng) Lilik Handoyo mengatakan, tahun ini Kementerian Perhubungan menyiapkan Rp37,5 miliar dana APBN untuk subsidi Trans Banyumas. Berkat itu, masyarakat tidak perlu membayarkan tarif asli layanan Trans Banyumas sebesar Rp10.490, melainkan cukup Rp3.900 untuk masyarakat umum dan Rp2.000 untuk tarif khusus bagi pelajar, lansia, serta disabilitas.
Menurut Lilik, Trans Banyumas lahir dari keinginan mengurangi angka kemacetan dan polusi, di mana semakin banyak pengguna kendaraan pribadi menimbulkan masalah tersendiri. Tujuan selanjutnya yakni untuk mendukung mobilitas ekonomi dan sosial. “Trans Banyumas memang dirancang melalui rute-rute yang sangat potensial, artinya banyak rute-rute yang melewati tempat berkegiatan masyarakat mulai dari pasar, rumah sakit, stasiun, dan sekolah-sekolah. Harapannya, dengan rute ini kami bisa menciptakan atau membuat ekonomi di Banyumas menjadi semakin baik,” ujar Lilik.
Bagas Ramdhani, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mengaku merasa terbantu dengan layanan Trans Banyumas. Terlebih, saat ini dirinya sedang melakukan kerja praktik di RSUD Ajibarang yang berjarak 24 kilometer dari kampusnya. “Fasilitasnya bagus, memudahkan akses dari UMP. Pembayarannya gampang, saya pakai QRIS juga bisa. Sebelumnya saya selalu naik kendaraan roda dua, lebih hemat naik Trans Banyumas,” sebut mahasiswa keperawatan tersebut.
Direktur Utama PT. Banyumas Raya Transportasi Ipoeng Martha Marsikun mengatakan, mulai awal Februari 2025, pilihan metode pembayaran Trans Banyumas bertambah melalui QRIS Tap Near Field Communication (NFC). Hal tersebut untuk mengubah pola masyarakat dari pengguna transportasi tunai ke nontunai, serta merupakan wujud transformasi berbasis teknologi sistem pembayaran nontunai.
”Pembayaran Trans Banyumas bisa menggunakan semua kartu elektronik dan dompet digital. Pakai scan kode QRIS juga bisa. Yang terbaru, menggunakan QRIS Tap. Masyarakat cukup menempelkan gawai ber-NFC ke alat pembayaran yang tersedia. Metode pembayaran ini baru tersedia di Jakarta dan Banyumas,” ujar Ipoeng.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas Agus Sriyono mengatakan, keberadaan Trans Banyumas menjadi salah satu solusi dalam memberikan kelancaran mobilitas bagi masyarakat. Selain itu, layanannya juga memberi efek ganda seperti membuka lapangan kerja, mengurangi pengeluaran masyarakat dan menekan kemiskinan, serta menambah jumlah wisatawan.
Ke depan, Agus mengatakan, pihaknya berkomitmen mengambil alih dan melanjutkan program tersebut. ”Sesuai nota kesepahaman batasan waktu, harus dilakukan ambil alih. Namun kami tidak bisa mengambil seluruhnya. Pada 2026 kami siap mengambil alih satu atau dua koridor, dan mudah-mudahan pada tahun selanjutnya kami bisa mengambil alih bertahap. Insyaallah bisa berjalan baik, tidak ada yang berhenti, dan berkelanjutan,” pungkas Agus.(IND-HA/HH/GT/ETD)