Biro Komunikasi dan Informasi Publik - Kamis, 28 April 2011

1666 x Dilihat

Masyarakat Solo Diimbau Segera Beralih ke BST

Bukan hanya masalah keamanan dan kenyamanan karena bus ini dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC), tapi waktu tempuhnya juga lebih cepat, karena di beberapa persimpangan tidak terkena lampu pengatur lalu lintas (trafic light)

Selain aman, nyaman dan murah, menggunalan BTS lebih cepat. Dan yang terpenting adalah menggunakan BST dapat mengurangi kemacetan di jalan raya di kota Solo yang kian menjadi.

Sebagaimana disampaikan oleh Suyatmi, Pembantu Dekan FISIP-UNS, kalau dulu orang Solo dikenal alon-alon waton kelakon karena sifatnya yang sabar, sekarang alon-alon waton kelakon bukan karena kesabarannya tapi karena Solo sekarang kian macet

Kemacetan sangat dirasakan pada pagi dan sore hari, tepatnya pada saat jam berangkat kerja dan berangkat sekolah, atau pada saat pulangnya.

Perguruan tinggi merupakan salah satu elemen penting untuk memberikan kesadaran kepada seluruh lapisan masyarakat, tentang pentinggnya menggunakan transportasi perkotaan yang telah disediakan pemerintah daerah setempat.

Untuk itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selalu mengimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi perkotaan dan mengurangi kendaraan pribadi baik itu mobil pribadi maupun sepeda motor.

"Daripada menggunakan mobil pribadi atau sepeda motor, lebih baik ke kampus menggunakan BST. Selain lebih aman dan nyaman, waktu tempuhnya juga cukup cepat," kata Dr Elly Sinaga, Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Ditjen Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan dalam Diskusi Publik "Mengurai Problematika Transportasi Perkotaan Dalam Dimensi Sosial, Budaya Kota Solo" yang diselenggarakan oleh BEM Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu (26/4)

Diingatkan oleh Elly pertumbuhan ekonomi di suatu daerah biasanya berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya. "Tapi dampak negatifnya adalah transportasinya semakin tidak tertib," tukasnya.

Kalau dulu peningkatan jumlah kendaraan kita menyesaikannya dengan menambah panjang dan lebar badan jalan, sekarang tidak demikian. Karena keterbatasan anggaran untuk membangun infrastuktur maka yang dilakukan adalah menerapkan manajemen transportasi seperti mengurangi jumlah kendaraan yang bergerak.

Di Jakarta sudah diterapkan dengan sistem 3 in 1, atau 1 kendaraan minimal 3 orang pada jam-jam tertentu, atau dengan sistem road pricing, yaitu harus membayar bila melintasi jalan-jalan tertentu. "Nah yang akan kami lakukan di Solo adalah memindahkan pengguna jalan dari sepeda motor dan kendaraan pribadi kepada angkutan perkotaan dalam hal ini BST," kata Elly.

Sementara itu Kadishub Kota Surakarta Drs Herman mengatakan, berbagai cara terus dilakukan untuk penyempurnaan BST sebagai salah satu transportasi perkotaan yang disediakan Pemda Solo.

Selain keamanan dan kenyamanan yang ditawarkan BST, kemudahan dalam pembayaran juga menjadi salah satu keunggulan BST dibandingkan transportasi lainnya. Penumpang bisa menggunakan kartu single trip yaitu membeli satu untuk satu kali perjalanan, atau smart cart e-money yang bisa di top-up atau isi ulang di bank-bank penyelenggara.

Di tiap-tiap halte juga dengan mudah diperoleh informasi berapa menit lagi BST akan tiba di halte dimana penumpang menunggu. "Jadi penumpang akan mendapatkan informasi berapa menit lagi dia harus menunggu kedatangan BST," kata Herman.

Pemda Solo berjanji akan terus menambah BST sehingga tengat waktu tunggu penumang semakin singkat. Kalau sebelumnya 11 menit, sudah kita percepat menjadi 9 menit dan kami targetkan menjadi setiap 6-7 menit sekali.

Selain masih kurangnya transportasi perkotaan yang tersedia, kemacetan yang terjadi di kota Solo akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas, seperti memarkir kendaraan di badan-badan jalan, angkutan umum masih sering ngetem hingga kebut-kebutan.

Dwi Susantono, Dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS mengatakan, mahasiswa sebagai kaum intelektual harusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Bukan sebaliknya.

Dwi masih seringkali menjumpai mahasiswa yang dengan sengaja menerobos trafic light padahal lampu merah sudah menyala. Banyak juga menjumpai mahasiswa yang pada saat berkendara sepeda motor tapi berbicara melalui telepon selularnya.
"Ini budaya modern yang tidak baik dan harus di tinggalkan," tukasnya.

Dwi juga menyoroti masih banyaknya pengamen dan pedagang asongan di seputar lampu merah. Dan ini berpotensi sebagai salah satu penyebab kemacetan. (PR)

Jajak Pendapat

Kementerian Perhubungan RI

Bagaimana proses pelayanan pengaduan di Kementerian Perhubungan?

Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan
  MENU